Kopi Pancong Satu…

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

PONTIANAK, (TubasMedia.Com) – Anda pernah berkunjung ke Pontianak, Kalimantan Barat? Kalau pernah, pasti anda tahu arti Kopi Pancong bukan, apalagi jika anda sering mampir ke kedai-kedai kopi. Kopi Pancong adalah bahasa konsumen kepada pemilik kedai kopi saat meminta kopi setengah cangkir. Kopi Pancong satu…

Tarif kopi di Pontianak Rp 3.000-Rp 3.500 satu cangkir, tapi jika setengah cangkir bukan berarti Rp 1.500, tapi Rp 2.000. Pasalnya mungkin karena ukuran air kopi tidak persis setengah cangkir tapi selalu lebih malah hampir tiga perempat cangkir.

Biasanya kopi pancung tersebut pasangannya adalah pisang goreng yang dilapisi dengan srikaya. Harganya-pun sangat terjangkau sehingga dengan kopi pancung dan pisang goreng, anda sudah bisa menikmati sarapan pagi atau kopi time anada baik siang maupun malam hari.

Yang menarik dari kopi pancung adalah suasana di kedai kopi yang luasnya sangat lebar. Kedai kopi yang buka 24 jam itu tidak pernah sepi pengunjung, tapi selalu padat dari pagi hingga pagi lagi

Apalagi kalau malam sudah tiba. Geliat kehidupan malam di Jalan Gajahmada, Pontianak itu terlihat mulai menggeliat. Sepanjang jalan, yang terlihat deretan kendaraan roda dua yang terparkir rapi, persis di depan warung kopi (warkop). Jumlah warkop di Jalan Gajah Mada terbilang cukup banyak. Ada yang berkelas, ada pula yang biasa saja.

Selain menawarkan kenikmatan kopi pancong khas Pontianak, warkop juga menyediakan kopi panas dengan takaran gelas yang pas. Segelas kopi bercita rasa tinggi dapat dinikmati dengan harga Rp3000 – Rp3.500. Sebelum memesan segelas kopi, para pelayan warkop akan memberi dua penawaran. Mau kopi saring atau kopi bubuk.

Pesona kehidupan malam di Pontianak tampaknya telah menjadi salah satu obyek wisata. Jejeran warung-warung kopi memiliki ciri khas. Salah satunya adalah Kopi Pancong. Disebut demikian karena kopi yang dituangkan dalam gelas takarannya tidak penuh, tetapi hanya setengah gelas.

Tidak hanya warung kopi yang berjejer di jalan-jalan raya Pontianak, tapi juga kedai-kedai yang menjajakan beragam makanan dari yang ringan hingga makanan berat, semuanya tersedia.

Sayang kegiatan seperti pemandangan itu tidak dikelola dengan baik atau tidak serius tapi berjalan begitu saja. Padahal kegiatan itu sangat menarik untuk dijadikan obyek wisata yang bisa mendatangkan devisa. Harus diakui, bahwa jarang ada kota lain seperti ini.

Sementara itu, untuk membuat para pelanggan betah berlama-lama di warung kopi itu, sejumlah pemilik warkop berlomba-lomba memberi pelayanan yang prima. Untuk yang gemar internetan, hot spot-pun disediakan. Pelanggan juga diberikan suguhan tontotan bola yang setiap saatt bisa disaksikan melalui wide screen yang terpajang di salah satu dinding warkop.

Obrolan juga demikian. Para pelanggan sibuk ngobrol dari yang sifatnya santai, politik, ekonomi, hukum bahkan hingga situasi luar negeri dan cerita-cerita rumor lainnya terus mengalir. (sabar)

TAGS