Site icon TubasMedia.com

Kinerja Positif Sektor Manufaktur Mengalami Pertumbuhan

Loading

FOTO BERSAMA – Plt Dirjen Industri Kimia Farmasi dan Tekstil, Ignatius Warsito (kemeja batik) foto bersama dengan Kuasa Usaha Kedutaan Besar Swiss di Indonesia, Philippe Strub, Presiden Mesin Tekstil Umum Swiss, Ernesto Maurer dan Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Anne Patricia Sutanto.-tubasmedia.com/sabar hutasoit

 

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kinerja positif sektor manufaktur pada triwulan II tahun 2022 mengalami pertumbuhan kumulatif sebesar 4,54%. Tiga industri teratas dengan pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi, industri logam dan transportasi.

Hal itu dikatakan menteri dalam sambutan tertulis yang dibacakan Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT), Ignatius Warsito pada Simposium Mesin Tekstil Swiss di Jakarta, Rabu (24 Agustus 2022).

Acara tersebut dihadiri Kuasa Usaha Kedutaan Besar Swiss di Indonesia, Philippe Strub, Presiden Mesin Tekstil Umum Swiss, Ernesto Maurer, Sekretaris Jenderal Mesin Tekstil Swiss, Cornelia Buchwalder dan Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Anne Patricia Sutanto.

Selanjutnya dikatakan, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB nasional pada triwulan II 2022 mencapai 17,84 persen. Di sisi lain, ekspor produk manufaktur juga meningkat sebesar 25,8% dengan nilai ekspor sebesar USD 102,00 miliar hingga Juni 2022 atau memberikan kontribusi 72,31% terhadap total ekspor nasional dan memberikan surplus pada neraca perdagangan sebesar USD 13,97 miliar.

Menteri menyebut, tren yang sama dengan ekspor juga terlihat pada investasi. Setelah berfluktuasi pada tahun 2020, pertumbuhan dan nilai investasi di sektor industri menunjukkan tren yang meningkat sejak triwulan IV tahun 2021.

Kata menteri, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 61,4% (year on year), nilai investasi di sektor industri pada triwulan II Tahun 2022 meningkat menjadi Rp 127,32 triliun dan menjadi yang terbesar dibandingkan periode 2019-2021.

Di bagian lain sambutannya disebut, dinamika sektor industri akibat dampak pandemi Covid-19 juga terlihat pada perkembangan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia. Pembatasan kegiatan ekonomi baik di tingkat nasional maupun global sebagai upaya pengendalian pandemi telah mengakibatkan kontraksi pada PMI manufaktur sejak pertengahan 2019 hingga Oktober 2020. Kontraksi terdalam terjadi pada April dan Mei 2020 sebesar 27,5 dan 28,6. .

Hingga Juli 2022, level ekspansif PMI Manufaktur Indonesia kata menteri, tetap terjaga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat optimisme yang tinggi di sektor industri manufaktur dalam menilai prospek ekonomi Indonesia ke depan.

Namun, di tengah kinerja industri yang terus membaik dan pulih akibat pandemi Covid-19, di saat yang sama seluruh dunia menghadapi gangguan rantai pasokan, kenaikan harga komoditas, ancaman inflasi dan pengaruh geopolitik dunia yang menimbulkan ketidakpastian. energi dan pangan serta beberapa komoditas penting lainnya.

Sektor Prioritas

‘’Masalah inflasi juga menjadi perhatian kami, berdasarkan data biro statistik, inflasi Indonesia mengalami lonjakan yang luar biasa akibat tekanan pada harga komoditas dan harga energi,’’ ujarnya.

Sementara itu disebut bahwa industri tekstil dan sandang merupakan sektor prioritas dan sektor manufaktur unggulan yang menyerap 3,6 juta orang dengan memberikan kontribusi 6,38 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.

Hingga Juni 2022, industri tekstil tetap menjadi andalan ekspor dengan nilai ekspor USD 6,08 miliar atau berkontribusi 5,51 persen terhadap total ekspor nasional.

Industri ini juga menghadapi masalah yang sama akibat ketidakpastian global ini karena kinerja ekspor dan pasokan bahan baku juga berpotensi terganggu oleh ketidakpastian global.

‘’Meskipun tekanan tinggi, kami yakin dan akan terus mendorong pasar global untuk mempertahankan pasar ekspor pada USD 13-14 miliar pada tahun 2022. Pertumbuhan konsumsi tekstil diperkirakan akan tetap tinggi, terutama didorong oleh pertumbuhan penjualan yang cepat melalui e platform -commerce serta kesadaran konsumen akan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam proses produksi tekstil sejalan dengan komitmen untuk mengurangi konsumsi karbon dan air dalam proses produksi,’’ katanya.(sabar)

 

 

 

 

Exit mobile version