Laporan: Redaksi

ilustrasi
BALI, (tubasmedia.com) – Menjelang akhir tahun 2013, wisatawan asing maupun domestik yang berlibur ke Bali semakin bertambah. Hotel-hotel sudah dibooking penuh. Obyek-obyek wisata mulai dibanjiri pengunjung. Jalan menuju dan kembali dari obyek wisata mulai macet. Seperti tujuan Pantai Kuta, terpaksa dibuat aturan buka tutup oleh pihak Polantas, karena kapasitas jalan yang tidak mencukupi. Lagipula sebagian badan jalan-jalan disana, dipakai untuk areal parkir kendaraan.
Demikian pula jalan ke obyek wisata Uluwatu, di belahan pantai selatan Bali, juga mulai ramai, terutama menjelang sore untuk menyaksikan matahari terbenam (sunset). Sambil menyaksikan mata hari lenyap ke bawah laut, pengunjung yang sudah punya karcis bisa masuk arena pertunjukan tari kecak dengan cerita epos Ramayana dengan bintang Rama dan Sita, merupakan atraksi yang ditunggu-tunggu banyak pengunjung.
Untuk menyaksikannya, pengunjung harus membeli lagi tiket seharga Rp70.000 per orang dewasa dan Rp 35.000 anak-anak, setelah sebelumnya sudah membayar tiket masuk ke kawasan pura dan hutan Uluwatu itu sebesar Rp20,000 per orang dewasa dan Rp10.000 anak-anak.
Pantainya memang terjal dan terlihat semakin terpukul oleh ombak Lautan Hindia atau namanya kini Samudera Indonesia. Di jalan setapak dari semen bertangga-tangga yang dibangun persis di pinggir tebing, pengunjung berjalan beriringan sambil berfoto-foto dengan latar belakang lautan, hingga sampai ke puncak lokasi pura Uluwatu yang nangkring di ujung tebing yang paling tinggi.
Berbeda dengan Pantai Kuta dengan pengunjung yang hampir ramai setiap waktu sampai menjelang malam, pengunjung ke Uluwatu kebanyakan datang siang menjelang sore hari untuk menyaksikan sunset dari arena pertunjukan tari kecak yang dimulai sekitar pukul 18.00 waktu Bali, atau pukul 17.00 wib itu. Sehingga, lalu lintas yang paling padat, adalah pada malam hari pulang dari Uluwatu, baik yang menuju Pantai Jimbaran ataupun ke arah Nusadua. Ditambah lagi dengan kendaraan yang keluar di pertengahan jalan, dari kawasan rekreasi Dreamland Pecatu Resort, milik Tommy Soeharto.
Selain kedua obyek wisata itu, ke obyek wisata Monkey Forest ke arah utara Denpasar, juga dibanjiri pengunjung. Di sana pengunjung bisa menikmati monyet-monyet yang bergelayutan di dahan dan pohon, maupun di jalan-jalan di kawasan hutan yang teduh. Tarif masuk juga Rp20.000 per orang dewasa dan Rp10.000 anak-anak. Dilarang bawa pisang apalagi kacang ke kawasan agar tidak dikerubuti monyet yang bisa mengganggu pengunjung, walaupun ada pawang-pawang menjaganya.
Kaca mata atau benda kecil lainnya dianjurkan untuk dimasukkan ke tas, takut dirampas satwa lincah itu. Di Uluwatu juga ada kera-kera yang malah lebih ganas gaya rampasnya terhadap benda-benda milik pengunjung apabila tidak diamankan.
Namun ke Monkey Forest bisa masuk berpakaian apa adanya, berbeda dengan masuk ke kawasan Uluwatu harus memakaikan kain warna violet semacam sarung dan diikat lagi dengan kain selendang kuning di bagian pinggang, yang memang disediakan gratis di pintu masuk dan dikembalikan sewaktu pulang. Mungkin maksudnya masuk ke kawasan agar lebih sopan, walapun di kedua obyek wisata itu sama-sama ada pura tempat persembahyangan umat Hindu. (anthon)