Kepercayaan Vs Ketakutan
Manusia sebenarnya diperkenankan oleh-Nya untuk memohon panjang usia. Permohonnan yang disertai dengan cara hidup yang benar berdasarkan Pola Pikir, Pola Makan dan Pola Hidup yang sehat, akan dapat menjadi jalan terkabulnya permintaan si pemohon. Bagaimana kalau ketiga pola sehat itu sudah kita jalankan tetapi Tuhan tetap saja menghendaki kematian terjadi lewat penyakit yang berkepanjangan?
Sebenarnya manusia juga sudah memiliki garis kehidupannya sendiri-sendiri sesuai dengan kodratnya, jika permohonan dan kodratnya sesuai pasti permohonan itu dikabulkan.
Tuhan memberi keleluasaan kepada manusia untuk berusaha dan berikhtiar, tidak lumpuh aktivitas ketika mencari kebaikan untuk hidupnya. Tuhan mengharapkan semua umat rajin berusaha, karena usaha adalah cermin dari kepercayaan kepada-Nya. Manusia seperti ini akan diberi pinjaman kekuasaan-Nya. Dia akan dapat membuktikan bagaimana aliran kasih sayang Tuhan akan mengucur, karena semangat kepercayaan yang bulat kepada-Nya dia lakukan juga dengan kepasrahan dan kerelaan yang total.
Memang akan tiba waktunya kematian menjemput kita, karena hanya kematianlah sesuatu yang ‘pasti’ dialami semua manusia. Namun, kita tidak perlu menghabiskan waktu mengkhawatirkan kapan, bagaimana dan dengan cara apa kematian datang pada kita nantinya. Waktu untuk berangan-angan akan lebih berguna apabila kita manfaatkan untuk berbuat kebaikan kepada sesama, karena hanya perbuatan baiklah yang nantinya akan menjadi kenangan manis bagi siapa pun yang mengenal kita.
Singa sombong mati dalam kesia-siaan, karena pikirannya penuh bayangan ketakutan akhir ajalnya. Kemungkinan dia mati sebelum batas umur yang sesungguhnya digariskan, karena jasmaninya dia rusak sendiri. Haruskah kita juga mati karena bayangan ketakutan akan kematian? Sungguh sayang, karena hari-hari yang kita habiskan untuk membayangkan peristiwa yang belum terjadi sesungguhnya dapat lebih berguna apabila kita pakai untuk lebih rajin berbuat baik dan meningkatkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.***