Site icon TubasMedia.com

Kepemimpinan Daerah yang Mendidik

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

PENDIDIKAN, kemajuan kualitas sumber daya manusia (termasuk kualitas moralitasnya) dan keunggulan ekonomi memiliki hubungan kausalitas yang sangat erat sekali. Para gubernur/bupati/walikota adalah para pemimpin formal di daerahnya yang bertugas untuk membangun dan memajukan kehidupan masyarakat di wilayahnya masing-masing.

Inilah tugas kepemimpinannya yang paling utama. Peran kepemimpinan para kepala daerah menjadi sangat penting dan strategis dalam konteks pembangunan daerah. Visi besar para pemimpin sangat memberi pengaruh yang besar dalam usaha menguak rahasia menjadikan masyarakat yang unggul dan berkualitas. Resep untuk membangun masyarakat di perkotaan maupun di pedesaan, tidak akan pernah lepas dari persoalan pendidikan, kemajuan kualitas sumber daya manusianya.

Kemakmuran ekonomi dan keunggulannya dalam ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang erat. Oleh sebab itu, orientasi kepemimpinan di daerah yang secara formal dipegang oleh para gubernur/bupati/walikota mainstreamnya harus berfokus kepada masalah pendidikan dalam arti yang luas. Orientasi kepemimpinan di daerah tidak sepatutnya berfokus kepada masalah kekuasaan saja.

Jadi penguasa pasti enak, dihormati semua orang, menikmati fasilitas yang memadai, kesana- kemari dikawal bahkan kalau mau, bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Kalau nilai-nilai moralitasnya menjadi longgar dapat menimbulkan sahwat ingin kaya yang tak terkendali dan akhirnya terjerumus ke lembah kehidupan yang tak terpuji, seperti melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, yang ujung-ujungnya bukan mensejahterakan rakyatnya tapi malah memiskinkan rakyat.

Memimpin itu adalah tugas pengabdian yang misi utamanya melakukan perubahan demi kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Misi utamanya yang lain adalah mendidik dan membimbing agar kemampuan warganya dapat berkembang dan maju sehingga masing-masing dapat mengurus rumah tangga ekonominya secara mandiri.

Tugas dan misi para kepala daerah yang mulia adalah menyiapkan warganya agar dapat menjadi seorang enterpreneur yang sejati, dalam arti tidak harus menjadi seorang pengusaha, tapi dalam pengertian agar menjadi manusia yang hidupnya tidak selalu bergantung kepada orang lain dan sanggup memikul segala bentuk resiko yang bakal dihadapinya (menjadi risk taker bagi dirinya).

Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, para kepala daerah secara terus-menerus menyediakan lingkungan yang kondusif bagi warganya untuk memberikan kesempatan yang luas dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan demikian berarti, tugas para kepala daerah harus bisa menemu kenali bakat dan minatnya untuk kemudian dididik dan dilatih agar mereka bisa menjadi manusia-manusia yang unggul secara sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Inilah kira-kira hakekat/esensi dari sebuah model kepemimpinan yang bersifat mendidik. Prosesnya pasti tanpa henti. Agar hasilnya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan daerahnya maka para kepala daerah harus dapat membuka akses yang lain supaya kehidupan sosial ekonominya makin berkembang. Akses jalan, akses modal dan akses pasar perlu dibuka selebar-lebarnya.

Cukup membuka akses saja dan kepala daerah dan jajarannya tidak perlu ikut campur tangan secara langsung. Manusia yang telah mengenyam pendidikan dan pelatihan dengan cukup matang, hampir pasti nalarnya akan menuntunnya kearah hal-hal yang bersifat produktif.

Kehidupan warga akan berkembang dengan sendirinya sesuai dengan bakat dan minatnya. Kalau bakat dan minatnya dalam dunia seni dan masuk, peluang untuk menjadi berhasil secara ekonomi terbuka luas. Jika bakat dan minatnya berkarya di bidang agro industri, maka peluangnya untuk berhasil secara ekonomi juga terbuka luas.

Desentralisasi dan otonomi itu dalam kehidupan nyata seperti itu gambarannya .Oleh karena itu kepemimpinan di daerah harus berproses bak seorang guru yang mendidik dan membimbing anak didiknya. Para kepala daerah diberi kepercayaan dan sedikit kekuasaan dengan maksud agar kepemimpinan yang dijalankannya bersifat edukatif.

Haram hukumnya kalau dipercaya menjadi kepala daerah sikapnya abai terhadap hal-hal yang bernilai kependidikan, karena itu harus bisa bersikap yang dapat menahan hawa nafsunya untuk memperkaya dirinya sendiri dan keluarganya, konco-konconya dan para kroninya.

Kepemimpinan harus dipandu dan dituntun oleh nilai-nilai moralitas yang tinggi dan terjaga dan penuh kearifan. Jangan sampai terjebak pada gaya kepemimpinan yang tidak baik dan buruk. Dengan bersandar pada nilai-nilai moralitas yang baik, maka kepemimpinan para kepala daerah yang paling paripurna adalah mampu mendidik, memeperhatikan dan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh rakyatnya.

Kehidupan rakyat harus diperhatikan, dididik dan dimajukan. Kalau tidak, mereka akan bisa menjadi tidak senang dan tidak mempercayai para pemimimpinnya, yang pada akirnya akan mengundang terjadinya masalah yang lebih besar muncul. Keberhasilan kepemimpinan daerah yang bersifat mendidik akan membuat daerah yang bersangkutan dapat maju dan berkembang, baik secara sosial, ekonomi dan teknologi maupun keamanannya.

Sumbatan kreatifitas dan inovasi masyarakat harus dijebol dengan cara seperti tadi sudah dijelaskan, yaitu para kepala daerah harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kewirausahaan, dimana bakat dan minat bisa tumbuh dan berkembang.***

Exit mobile version