Kenapa Harus Impor Bus, Indonesia Mampu Koq…

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Sabar Hutasoit

Sabar Hutasoit

PROGRAM pemerintah yang ingin menjadikan produk lokal menjadi tuan di negeri sendiri melalui kebijakan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri) masih terus didengungkan. Di atas kertas, bisa dijamin semua pihak dan seluruhnya pemangku kepentingan negeri ini, setuju dengan kebijakan P3DN.

Saking setujunya, dimana-mana di pojok-pojok kota besar di negeri ini, dapat kita saksikan papan-papan reklame yang ukurannya teramat buesar yang isinya mengajak seluruh warga negeri ini mencintai produk dalam negeri.

Bahkan ada menteri yang memanfaatkan program tersebut menjadi jargon politiknya melalui iklan yang dapat pula kita saksikan di senderan-senderan kursi angkutan bus kota atau transportase umum lainnya. Bahasa iklan itu sungguh indah dan uenak untuk dibaca. Tapi penerapannya di lapangan, tidak seindah dan senyaring isi bahasa iklannya.

Hampir seluruhnya komoditas kebutuhan negeri ini, didatangkan dari negara lain walau komoditi dimaksud ada dan dapat dibuat di dalam negeri. Tidak jelas pula kenapa kata dan perbuatan yang menyangkut dengan P3DN tidak bisa sejalan.

Akhir-akhir ini di negeri ini masih terus ramai dibahas sekitar niat Pemprov DKI Jakarta untuk mengimpor ribuan armada bus kota untuk dioperasikan antara lain menjadi busway dan juga peremajaan bus metro mini.

Pertanyaannya, apakah industri otomotif nasional di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan Pemprov DKI Jakarta sehingga harus dibeli dari luar negeri? Pertanyaan ini dengan tegas dan cepat dijawab para pelaku industri otomotif; ‘’Indonesia teramat sanggup dan bisa memenuhi permintaan nasional”.

Lalu apa pasal ? ‘’Kami juga bingung kenapa pemerintah bersikeras harus beli bus dari luar negeri. Kita mampu koq,’’ kata GM Produksi New Armada, Harris Imam S kepada wartawan saat berkunjung ke lokasi pabriknya di bilangan Magelang, Jawa Tengah, pekan silam. Hadir juga dalam pertemuan itu, Direktur Industri Alat Transportase Darat, Ditjen IUBTT Kemenperin, Soerjono.

Merasa Malu

Lagi-lagi Harris menyatakan rasa malunya jika benar pemerintah membeli bus dari luar negeri. Dia katanya malu karena secara teknik dan kemampuan, Indonesia tidak perlu diragukan lagi. ‘’Anak-anak bangsa ini sudah pintar-pintar dan jago-jago,’’ tegasnya.

Bahkan katanya, justeru bus buatan Indonesai jauh lebih baik ketimbang bus ang akan diimpor. Kenapa ? Karena para insinyur Indonesia sudah tahu persis kondisi medan di dalam negeri. Strktur karoseri dan sebagainya sudah pasti disesuaikan oleh para ahli Indonesia sehingga armada yang dioperasikan sesuai dengan alam Indonesia.

Menyinggung sekitar P3DN, Harris mengatakan kenapa pemerintah sulit menyatukan kata dengan tindakan. Bahasa iklan menyerukan cintai produk dalam negeri, akan tetapi sikap dan perlakuan malah sebaliknya senang dengan barang impor. Dapat dipastikan, jika para pemangku kepentingan negeri ini senang impor, sama saja dengan membunuh industri dalam negeri.

Malah Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) Said Iqbal menilai langkah yang diambil Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengimpor bus dari China adalah bukti ketidakberpihakan pemerintah daerah kepada tenaga kerja dan industri dalam negeri.

“Jelas sekali langkah yang diambil pemda DKI Jakarta tersebut tidak berpihak kepada langkah membangun industri nasional dan tenaga kerja lokal,” begitu kata Said.

Seharusnya dengan anggaran diperkirakan Rp1,78 triliun mengimpor 728 bus transportasi massal, kata Said, bisa dijadikan pintu masuk membangun industri mobil nasional yang dimulai degan membuat bus Transjakarta di dalam negeri.

Said menambahkan, karena masih dibutuhlan ribuan bus lagi ke depannya, pemda seharusnya bekerjasama degan produsen bus yang ada di dalam negeri, seperti yang dilakukan mobil proton Malaysia. Bila Pemprov DKI mencintai produk lokal, maka ribuan tenaga kerja Indonesia akan terserap, program mobnas akan berjalan dan uang rakyat tidak keluar ke luar negeri.

Akan Mati

Sementara itu, Soerjono mengatakan bahwa benar bus adalah sarana transportasi dan satu-satunya armada yang harus mendapat dukungan dari semua pihak karena sarana tersebut merupakan kebutuhan seluruh warga.

Namun disebut tidak salah jika penyediaan sarana transportase umum itu juga bermanfaat bagi pengembangan industri di dalam negeri karena potensi pasar lokal dalam pengadaan armada adalah merupakan kesempatan bagi industri nasional untuk tumbuh dan berkembang.

‘‘Lalu kenapa peluang pasar yang begitu besar harus kita berikan kepada asing. Kenapa tidak kita miliki saja itu. Ini yang kami tidak mengerti,’’ katanya.

‘’Kita koq selalu beri kesempatan kepada produk asing sementara kita tidak pernah diberi. Mestinya pasar lokal milik kita, jangan diberikan kepada orang asing. Masa semudah itu kita mengimpor mobil. Kalau demikian adanya, industri nasional akan mati,’’ ujarnya.

New Armada selain melakukan proses assembling, juga melakukan proses pembuatan body bus dari dua jenis chassis. New Armada merupakan industri karoseri lokal terbesar di Indonesia yang kantor pusatnya terletak di Kota Magelang dengan kapasitas produksi pertahunnya mencapai lima ribu unit.

Hal ini membuktikan bahwa industri lokal sudah siap dan mampu untuk melakukan proses perakitan dan sekaligus membuat body bus dengan kualitas tinggi, termasuk untuk mendukung Pemprov DKI dalam pengadaan bus dalam rangka penyediaan transfortasi umum yang memadai sekaligus untuk mengrangi kemacetan yang selama ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Kota Jakarta.

Proses assembling yang dilakukan oleh industri lokal ini juga merupakan salah satu cara untuk memberdayakan industri lokal dalam negeri yang sebenarnya sudah mampu dan hanya butuh diberikan kesempatn untuk membuktikannya, dimana kesempatan tersebut diharapkan dari pasar dalam negeri agar semakin dapat memperdalam struktur industri nasional sebagai basis untuk memperkuat diri dalam bersaing di pasar ke depan nantinya.***

CATEGORIES
TAGS