Kebijakan Semakin Militeristik, Kepercayaan Investor Terhadap Pemerintah Merosot Tajam
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan, yang menurut Pengamat Kebijakan Publik, Gigin Praginanto, berkaitan erat dengan merosotnya kepercayaan investor terhadap pemerintahan saat ini.
Ia menyoroti arah kebijakan yang semakin militeristik sebagai faktor yang membuat investor enggan menanamkan modalnya di Indonesia.
“Rupiah rontok berkelanjutan sejalan dengan merosotnya kepercayaan investor kepada pemerintah yang makin militeristik,” ujar Gigin di X @giginpraginanto (25/3/2025).
Dikatakan Gigin, pemerintah harus lebih mengutamakan kekuasaan politik dan bisnis dibandingkan dengan menjaga stabilitas ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.
Hal ini berimbas pada sentimen negatif pasar, yang turut mempercepat pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
“Saya tidak berharap pemerintah akan berubah menjadi lebih manusia karena menganggap kekuasaan politik dan bisnis sebagai prioritas tertinggi,” tandasnya.
Sebelumnya, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, menyoroti terus melemahnya nilai tukar rupiah yang kini telah menyentuh Rp16.630 per dolar AS.
Ia menegaskan bahwa stabilisasi nilai tukar merupakan tanggung jawab Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga independen, di luar eksekutif atau pemerintah.
“Pemerintah tidak bisa mencampuri urusan moneter, termasuk urusan penentuan suku bunga acuan yang bisa pengaruhi nilai tukar rupiah,” ujar Anthony, Selasa (25/3/2025).
Anthony menyinggung tren pelemahan rupiah yang terjadi sejak kepemimpinan Gubernur BI Perry Warjiyo.
“Melemahnya nilai tukar rupiah memang sudah terjadi terus menerus,” tukasnya.
BI tak Berdaya
Dibeberkan Anthony, selama Perry Warjiyo yang menjadi Gubernur BI, rupiah melemah dari sekitar Rp14.000 per dolar AS pada Mei 2018 hingga lebih dari Rp16.500 saat ini.
“BI nampaknya tidak berdaya dan gagal menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terdepresiasi terus menerus,” Anthony menuturkan.
Melihat tren yang ada, ia memperkirakan kurs rupiah berpotensi menembus Rp17.000 per dolar AS atau bahkan lebih buruk lagi.
“Kalau melihat tren seperti ini, kemungkinan kurs rupiah akan tembus Rp17.000 sangat besar, bahkan bisa lebih buruk dari itu,” imbuhnya.
Anthony juga mempertanyakan klaim bahwa fundamental ekonomi Indonesia dalam kondisi baik.
“Katanya, fundamental ekonomi Indonesia sangat bagus. Jadi tidak ada alasan nilai tukar rupiah melemah,” cetusnya.
Jika benar demikian, kata Anthony, mestinya tidak ada alasan bagi rupiah untuk terus melemah.
“Jadi kita tunggu kebijakan apa yang akan diambil oleh BI untuk memperkuat kurs rupiah,” tandasnya.
“Tetapi faktanya nilai tukar rupiah terus melemah, kenapa? Apakah berarti ada salah kebijakan? Hanya Bank Indonesia yang dapat menjelaskannya,” katanya. (sabar)