Oleh: Enderson Tambunan

Jokowi dan Mark Zuckerberg blusukan di Tanah Abang, Jakarta. (foto: facebook)
CUACA Jakarta, Senin (13/10), terasa lebih panas pada musim kemarau ini. Maka, tak heran, pendiri yang juga CEO Facebook, Mark Zuckerberg, berkeringat saat ikut blusukan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, bersama Presiden Terpilih Joko Widodo. Apalagi, dia mengenakan stelan jas, seperti tuan rumah, Jokowi, yang bakal dilantik sebagai presiden, 20 Oktoberl 2014. Tapi, kegerahan itu tampaknya tak membuatnya kehilangan semangat. Ia tetap lincah, bergerak di tengah kerumunan pembeli dan pedagang dan di sela-sela barang jualan.
Boleh jadi, blusukan di Tanah Abang, pusat grosir pakaian jadi, yang juga terkenal di sejumlah negara, dinikmati oleh Zuck. Apalagi bersama Jokowi, yang amat suka blusukan, melihat kondisi asli di lapangan serta mendengar aspirasi rakyat. Maka momen penting itu diabadikan oleh tim pendamping CEO Facebook itu dan kemudian “dipancarkan” ke dunia, tentu lewat media sosial, yang dirintisnya, Facebook.
Kabarnya, Zuck tahu Jokowi suka blusukan. Kesukaan itu pun ditanyakan langsung ke Jokowi. Lalu, tuan rumah tak sekadar memberikan penjelasan, bahkan mengajak tamunya ikut masuk-keluar Blok A Pasar Tanah Abang. Tawaran itu disambut hangat, dan jadilah kedua “bintang” itu ke Tanah Abang diikuti sejumlah jurnalis.
Awalnya, kedatangan Zuck tidak terlalu ramai disorot oleh media massa. Tapi, begitu pria berusia 30 tahun itu mengunjungi Candi Borobudur dan kampung cyber di Taman Sari, Yogyakarta, Minggu (12/10), sontak kehadiran serta aktivitasnya diliput secara luas oleh media. Begitulah, ketika berfoto-ria di Candi Borobudur dan di depan pos ronda kampung cyber, gaya Mark Zuckerberg, dengan pakaian casual, celana jins dan kaus ketat, menghiasi media-media online.
Sederet acara Zuckerberg selama berada di Indonesia. Ya, selain ke Borobudur, kampung cyber, dan blusukan di pasar Tanah Abang, dia juga menemui Jokowi di Balaikota lalu bertemu dengan para operator telepon genggam. Menurut berbagai sumber, Zuck menaruh perhatian pada Indonesia. Soalnya, pengguna Facebook di Persada ini yang terbesar di Asia, sekitar 70 juta. Maka, sebagai pasar media sosial, wajar pula Indonesia diperhatikan. Kunjungannya pun tak terlepas dari upaya mengembangkan penggunaan internet di Tanah Air, sekaligus memberikan apresiasi kepada para pengguna.
Kunjungan Pertama
Ini kunjungan pertama bos Facebook itu di Indonesia. Dia bilang, Indonesia negara spesial baginya. Mengapa? Kepada media, dia mengatakan, terkesima dengan kebudayaan dan keramahan orang Indonesia. Hal itu dirasakannya begitu berkunjung ke Candi Borobudur dan kampung cyber. Di sana dia berbincang-bincang santai dengan penggagas kampung cyber, Antonius Sasongko.
Nah, di desa yang disebut kampung cyber itu, Zuck memperoleh banyak masukan mengenai manfaat internet dan Facebook dalam membantu masyarakat untuk berkomunikasi, mengatur jadwal warga, semisal kerja bakti, dan lain sebagainya. Katanya, jika kita membiarkan mereka tidak mendapatkan akses internet dengan baik, itu seperti merampok hak asasi mereka. Ia berpendapat, pada saat kita terkoneksi internet, kehidupan akan jauh lebih baik.
Tidak berlebihan bila disebut, apa yang disampaikan oleh Zuck benar adanya. Lewat internet, sesuatu yang begitu jauh terasa sangat dekat. Manusia lebih mudah dan lebih murah untuk berkomunikasi. Ibaratnya, hanya dengan tekan sana tekan sini, kejadian di Jakarta dapat diakses di belahan lain dunia. Dan itu sudah dibuktikan, pada saat Zuck berkunjung ke Candi Borobudur dan blusukan di pasar Tanah Abang. Momen indah tersebut langsung mendunia. Lagi, itu buah dari inovasi, termasuk yang dirintis oleh Zuck dengan media sosialnya.
“Saat saya ke Borobudur, candi yang sangat indah. Tim saya pun mengambil foto, meng-upload-nya, dan sekarang foto itu sudah ada di mana-mana,” katanya di Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin (13/10).
Apa yang dapat kita petik dari kunjungan Zuck? Tentu banyak, terutama menyangkut publikasi pontensi-potensi yang kita miliki. Tentu akan lebih bagus lagi bila, inovator itu mengunjungi lebih banyak tempat yang punya potensi, seperti kerajinan tangan, objek wisata, dan pergelaran seni-budaya.
Kalau sudah begitu, kunjungan 2 – 3 hari rasanya tidak cukup, supaya lebih banyak lagi yang dapat dilihat pria kelahiran New York, AS itu. Tapi, dari “kunjungan singkat” itu pun kita dapat memetik buah, bahwa dengan gagasan atau ide kreatif dunia dapat dikuasai.
Lewat penemuan Facebook, Zuck meraih kekayaan, ketenaran, dan kegembiraan. Tapi, miliarder muda itu tidak berhenti. Ia terus memasarkan gagasannya dengan mendatangi komunitas-komunitas, berbagi informasi dan tentu menyampaikan saran.
Sambil membaca berita tentang aktivitas bos Facebook itu, saya berbicara dalam hati, kesempatan buat kita untuk mengembangkan inovasi secara kreatif rasanya terbentang luas, mengingat pimpinan negara untuk lima tahun ke depan, Jokowi – JK, punya keseriusan untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Dalam acara Debat Capres, beberapa waktu lalu, Jokowi – JK sudah menyampaikan programnya untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Dan itu dilanjutkan dengan rencana membentuk Kementerian Ekonomi Kreatif. Jalan makin terbuka lebar. ***
Penulis wartawan dan editor buku