JAKARTA, (tubasmedia.com) – CEO Gilead Sciences, Daniel O’Day mengatakan perusahaannya telah mengekspor remdesivir, anti-virus yang disebut dapat membantu mempercepat pemulihan pasien terinfeksi virus corona (Covid-19).
O’Day juga mengatakan obat yang baru mendapat izin pemakaian dari Food and Drug Administration (FDA), otoritas obat pemerintah Amerika Serikat (AS) itu telah tersedia untuk pasien Covid-19 di AS.
Saat ini perusahaan mendonasikan seluruh pasokan obat yang ada (1,5 juta botol), yang bisa untuk mengobati 100.000 hingga 200.000 pasien Covid-19, jelas O’Day dalam wawancara di acara Face the Nation CBS, Minggu (3/5/2020).
“Kami telah mengekspor untuk digunakan dalam uji klinis dan untuk ribuan terapi pengobatan,” katanya, dilansir AFP, dikutip CNBC Indonesia, Senin (4/5/2020).
“Dan kolaborasi kami dengan pemerintah telah sedemikian rupa, kami sangat transparan dengan mereka. Kami memiliki hubungan yang baik berkaitan dengan alokasi [obat ini] di masa depan.”
Gilead Sciences adalah perusahaan biofarmasi yang berbasis di Foster City, California, AS yang meneliti, mengembangkan dan mengkomersialkan obat-obatan.
Perusahaan ini berfokus terutama pada obat antivirus yang digunakan dalam pengobatan HIV, hepatitis B, hepatitis C dan influenza, termasuk dua obat hepatitis C yakni Harvoni dan Sovaldi.
Mengacu situs resminya, perusahaan ini pertama kali tercatat di Bursa Nasdaq, AS, pada Januari 1992 dengan kode saham GILD. Harga sahamnya menguat 1,03% di level US$ 84/saham pada penutupan perdagangan Kamis waktu AS (30/4/2020) atau Jumat pagi waktu Indonesia, pekan lalu.
Lebih lanjut, O’Day mengatakan pemerintah AS yang akan menentukan bagaimana obat tersebut dialokasikan. Penentuannya akan berdasarkan pada di mana obat itu paling dibutuhkan.
“Mereka akan mulai mengirim puluhan ribu terapi perawatan keluar awal minggu ini dan menyesuaikannya ketika epidemi berubah dan berkembang di berbagai bagian dan kota yang berbeda di sini di AS,” katanya.
“Dalam hal pertanyaan alokasi, saya pikir kami selaras dengan pemerintah AS untuk keduanya, melayani pasien di AS dan kemudian untuk dapat juga memastikan sebagai perusahaan global yang berbasis di AS bahwa kami dapat melayani negara lain,” lanjutnya.
O’Day juga mengatakan akan ada pasokan remdesivir dalam jumlah yang lebih besar di paruh kedua tahun ini dan perusahaan tidak dilarang mengekspor obat tersebut.
“Kami telah melakukan dialog yang sangat baik dengan pemerintah dan itu berjalan dengan baik.”
Sebelumnya, izin untuk mendistribusikan obat eksperimental itu untuk penggunaan darurat telah diumumkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pada hari Jumat.
Keputusan itu diambil setelah uji klinis utama dari remdesivir menunjukkan obat itu dapat memperpendek waktu pemulihan pada beberapa pasien virus corona.
FDA mendefinisikan parah sebagai pasien yang memiliki kadar oksigen darah rendah, membutuhkan terapi oksigen atau menggunakan ventilator.
Remdesivir adalah obat pertama yang menunjukkan hasil yang bermanfaat dalam mengobati Covid-19 sejak wabah itu muncul di Wuhan, China akhir tahun 2019 lalu.(red)