Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz
PEMERINTAH pusat ada di Jakarta. Pemerintah propinsi ada di 33 kota dan terdapat sekitar 500 pemerintah kabupaten tersebar di seluruh Indonesia. Ibarat sebuah korporasi besar, Indonesia adalah perusahaan holding yang asetnya luar biasa besar. Memiliki 33 unit divisi bisnis dan mempunyai strategic business unit sekitar 500.
Output produksinya sebagai perusahaan holding mencapai sekitar Rp 8.241 triliun lebih pada tahun 2012. Dan kalau dibebankan pada sekitar 240 juta jiwa pemegang sahamnya, masing-masing bisa memperoleh sekitar Rp 33 juta per pemegang saham. Tapi tata kelolanya buruk dan tidak efisien. Kerjasamanya tidak kompak dan tidak solid, karena gonjang-ganjing.
Perusahaan ini belum berjaya di pasar global. Ekspornya hanya sekitar 25-30% dari total output produksi. Sebagai holding company yang tidak solid saja sudah lumayan bisa menghasilkan output produksi yang cukup besar. Apalagi kalau solid dan tata kelolanya baik, kapasitasnya untuk menghasikan output produksi dan ekspor yang lebih besar bukan sesuatu yang mustahil.
Kalau dalam bisnis global, sebuah perusahaan besar sekaliber PT Indonesia Tbk bisa saja memakai CEO sekaliber Lee Kuan Yew atau Mahatir Muhammad atau siapa saja tokoh CEO kelas dunia yang dianggap kredibel. Tapi memang sistemnya tidak memungkinkan untuk melakukan langkah itu sehingga harus memakai para CEO lokal, yang kualitasnya tidak semuanya baik bahkan banyak yang abal-abal.
Dan para pemegang saham mau tidak mau harus rela perusahaannya dipimpin oleh para CEO yang kapasitas manajerialnya pas-pasan. Sedikit yang memiliki kapasitas kepemimpinan yang super dan mampu menjadi pengambil keputusan yang brilian dan jitu. Sebagai perusahaan yang telah menyatakan siap go global, maka pilihannya menjadi amat terbatas.
Salah satunya PT Indonesia Tbk harus solid, tidak bisa dipimpin oleh para CEO yang abal-abal. Bisanya hanya menyusutkan aset dan bukannya mengkapitalisasikan aset. Yang dipikirkan hanya gaji dan tantiem serta fasilitas yang lain.Para CEOnya sebagian menganggap PT Indonesia Tbk seperti miliknya sendiri dan konco-konconya.
Asetnya digerogoti buat bancaan rame-rame.Padahal dunia luar memandang bahwa PT Indonesia Tbk prospektusnya sangat menjanjikan di masa depan. Tidak ada jalan lain seluruh sistem manajemen perusahaan ini harus dibenahi kembali. Sistem jejaring kerja dari level head quarter hingga ke divisi dan srategic business unitnya harus lebih terukur.
Tujuannya adalah agar PT Indonesia Tbk, harga sahamnya di bursa lokal, regional dan global termasuk dalam kategori saham-saham yang blue chip dan selalu termasuk dalam kelompok gainner. PT Indonesia Tbk ini problemnya hanya satu, yakni salah urus atau salah kelola.
Semua yang serba salah kelola pasti potensial membangkrutkan. Atau kalau ada investor global yang jeli melihat kinerja PT Indonesia Tbk seperti itu pasti ingin mengakuisisinya karena asetnya bagus.
Tapi pemegang saham pasti akan menolak karena mencari CEO yang kapabel dan punya integritas tinggi masih banyak di dalam negeri untuk ditunjuk membenahi manajemen PT Indonesia Tbk. Tahun depan perusahaan akan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Semoga kita mendapatkan CEO yang kapabel dan berintegritas. ***