Jebakan Global
Oleh: Edi Siswoyo
HINGAR bingar pesta kampanye pemilihan umum legislatif (pileg) sudah usai. Minggu tenang untuk mententramkan hati dan pikiran pun sudah dilewati. Rakyat (pemilih) pun telah menentukan pilihan politiknya pada 9 April 2014 baru lalu. Bagaimna hasil akhir dari pesta demokrasi itu, kita tunggu saja.
Namanya juga pesta–demokrasi–tentu saja ada yang tercecer di panggung. Satu diantaranya catatan berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang belum bisa mengatasi penyakit kronis bangsa ini yaitu kemiskinanan, pengangguran dan ketimpangan pendapatan.
Selama kampanye ketiga isu tersebut telah menjadi hiasan bibir para juru kampanye (jurkam) parpol. Namun, tidak banyak yang bertanya adakah yang salah dari kebijakan pembanguan selama ini sehingga gagal mengangkat kelompok masyarakat yang menjadi sasarannya. Entahlah! Kenapa tidak ada parpol yang melakukan koreksi secara mendasar.
Boleh jadi mereka setuju atau tidak tahu.Maklum jurkam dadakan alias ujug-ujug. Di atas panggung yang biasa dilakukan hanya manari, menyanyi. atau berteriak-teriak menjual capaian pertumbuhan ekonomi untuk “membius” simpati para pemilih.
Kita semua tahu selama ini perjalanan pertumbuhan ekonomi nasional dibangun di atas konsentrasi modal. Ternyata, pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan sekitar enam persen per tahun hanya dinikmati oleh sebagain kecil penduduk, pengangguran—baru dan lama–terus bertambah dan ketimpangan pendapatan pun sebagai kenyataaan yang ada di mana-mana. Ironis, memang.
Itulah yang kita rasakan dan kita saksikan. Bisa jadi kenyataan itu karena kita sudah terlalu lama asik bermain dengan agenda-agenda liberalisasi secara global. Permainan iu tidak hanya di bidang ekonomi, juga di bidang politik, sosial dan budaya. Pusaran arus liberalisasi yang begiu kuat membuat kita tidak kuasa menolak impor untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Program kerja parpol yang ditawarkan di panggung kampanye tidak menyentuh jantung persoalan pertumbunan ekonomi yang dihasilkan dari kebijakan pembangunan selama ini. Secara umum parpol hanya menawarkan perlunya pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat sebagai penyelesaian—dengan sendirnya–terhadap semua penyakit kronis kemiskinan, penganggurfan dan ketimpangan pendpatan.
Masyarakat berharap pilpres 2014 yang akan datang tidak menambah negeri ini kehilangan momentum untuk menemukan pemimpin nasional baru yang tidak membiarkan kepentingan nasional terbajak dalam oleh agenda liberalisasi global dan kepentingan sempit golongan. Semoga! ***