Site icon TubasMedia.com

Industri Furnitur Sektor Strategis Bernilai Tambah

Loading

061114-industri2

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kemenperin menggelar pameran furnitur dan produk interior. Pameran yang diselenggarakan selama tiga hari ( 5 – 7 November 2014) itu diikuti 21 peserta dari 16 industri furnitur dan kerajinan serta 6 peserta non-industri (akademisi, pemerintah daerah, dan himpunan desainer).

Peserta pameran berasal dari sentra industri furnitur dan kerajinan. Selain itu juga dari daerah bahan baku, seperti DKI Jakarta, Cirebon (Jawa Barat), Jepara (Jawa Tengah), dan kabupaten Katingan (Kalimantan Tengah). Pameran yang digelar di plasa pameran kantor Kemenperin itu dibuka Menperin Saleh Husin.

Dalam sambutannya Saleh Husin mengatakan industri furnitur merupakan salah satu sektor strategis yang memiliki nilai tambah dan mampu menyerap banyak tenaga kerja serta memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dalam bentuk kontribusi PDB maupun perolehan devisa (ekspor).

Pengembangan industri nasional diarahkan kepada industri yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global dan berwawasan lingkungan. Industri furnitur dan kerajinan merupakan salah satu industri yang memenuhi kriteria tersebut.

“Tidak dapat dipungkiri industri furnitur juga merupakan industri prioritas penghasil devisa,” tegas Menperin.

Nilai ekspor furnitur kayu pada tahun 2011 mencapai USD 1,1 juta dan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar USD 1,6 juta. Nilai impor furnitur kayu pada tahun 2011 sekitar USD 88 juta dan tahun 2013 mengalami penurunan menjadi USD 73 juta. Diharapkan nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai USD 5 miliar.

Komposisi ekspor furniture Indonesia dilihat dari segi bahan baku masih didominasi oleh bahan baku kayu (59,5%), metal (8,1%), rotan (7,8%), plastik (2,3%), bambu (0,5%), dan lain-lain (21,3%).

“Tantangan ke depan yang harus sama-sama dicermati adalah pemberlakuan Asean Economic Community (AEC) tahun 2015. AEC ini diharapkan dapat menjadi komunitas kerjasama antar negara-negara ASEAN. Namun, AEC dapat menjadi peluang atau ancaman bagi industri dalam negeri khususnya industri furniture dan kerajinan,” katanya.

Pada kesempatan tersebut juga diselenggarakan penganugerahan hadiah dan sertifikat kepada pemenang Indonesia Furniture Design Awards (IFDA) 2014. IFDA merupakan kompetisi desain furniture tingkat nasional yang telah dimulai sejak tahun 2007. IFDA 2014 telah diikuti sebanyak 103 peserta dari seluruh Indonesia.

Pemenang kategori Platinum Prize diraih Anastasia S dengan judul desain Takhta Chair, kategori Gold Prize diraih Farhan Ahmad dengan judul desain Bloom Chair, kategori Silver Prize diraih Handyanto Hardian dengan judul desain UUU Chair, dan kategori Appreciated Work diraih Gege Noby & Sus Kuryanto Ragil dengan judul desain Pretzel Chair. (sis)

Exit mobile version