Indonesiaku
Oleh: Fauzi Azis
BERSYUKURLAH kita memiliki rumah gadang bernama Indonesia yang dihuni sekitar 237 juta jiwa lebih yang terdiri dari berbagai suku, adat dan beragam bahasa dan agama. Indonesia adalah tanah air beta di mana kita semua dilahirkan dan dibesarkan.
Negeri elok sangat kucinta, tempat kita berbakti dan mengabdi sepanjang masa sejak kita semua terlahir dan besar menjadi dewasa sampai ajal menjemput. Tuhan maha adil tatkala rumah gadang ini diciptakan dalam bangunan yang sangat besar dan dikelililingi samudera luas.
Seluruh penghuninya dijamin dengan menyediakan berbagai macam aset, berupa sumber-sumber hayati, nabati, mineral di darat dan di laut untuk kelangsungan hidup bersama dan tidak bakal kekurangan.
Inilah cara Tuhan secara adil dan bijaksana mengelola rumah gadang yang dimiliki dan dikuasai-Nya agar para penghuninya dapat hidup layak dan berkecukupan. Kalau toch ada penghuni yang tidak berkecukupan dalam hidupnya, maka Tuhan memerintahkan agar yang telah berkecukupan dalam hidupnya dapat membantu saudaranya yang berkekurangan.
Indonesiaku hanya sebuah titipan Tuhan dan tidak pernah diberikan “Sertifikat Hak Milik” atas aset-aset tadi kecuali hanya mungkin diberikan semacam “Hak Pakai” atau “Hak Pengelolaan” saja. Tapi diharapkan dapat digunakan dan dikelola sebaik-baiknya untuk kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.
Para kepala pemerintahan sejatinya tidak lebih dari orang-orang yang diberi kepercayaan untuk mengelola aset-aset tadi secara jujur dan amanah. Hasilnya digunakan untuk kemakmuran rakyatnya. Para tentara dan polisi sejatinya tak lebih sekedar penjaga keamanan sekitar rumah gadang dan penjaga ketertiban hidup bermayarakat agar di antara penghuni rumah gadang penuh rasa persaudaraan dan kedamaian.
Para petugas tadi dengan kepercayaan yang diberikan untuk mengelola rumah gadang tersebut, tidak boleh dan tidak dibenarkan untuk menguasai apalagi memiliki aset-aset yang ada kecuali hanya sebatas mengelolanya saja.
Bila terjadi perbedaan pendapat atau bahkan pertengkaran atau percekcokan di antara sesama penghuni rumah gadang, para petugas harus dapat mendamaikan dan mencari penyelesaian yang adil dan bijaksana berdasarkan musyawarah mufakat.
Rumah gadang yang kita huni ini kita harapkan menjadi rumah yang sehat, sejuk suasana lingkungannya, menjadi rumah masa depan bagi kehidupan anak dan cucu, tetap terpelihara dan terawat dengan baik agar terjaga dari kerusakan, baik kerusakan kecil maupun kerusakan besar.
Penghuni rumah gadang harus terdidik dengan pendidikan yang baik dan dapat menghasilkan anak didik yang cerdas, beriman, berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur serta berkepribadian, berperadaban di sepanjang masa, sampai ajal menjemput.
Pastikan bahwa penghuni rumah gadang menjadi tuan yang ramah, baik, penuh sopan santun, khususnya kepada tamu-tamu berdatangan untuk berbagai keperluan. Kita hormati tamu-tamu kita tanpa basa-basi, layani penuh keikhalasan tanpa rasa curiga dengan harapan semoga kedatangannya memberi manfaat bagi kehidupan bersama.
Kita sebagai penghuni, jangan terus-terusan dimasuki virus-virus kebohongan dan kemurkaan yang dapat merusak tatanan hiudp. Jangan membuat suasana menjadi tidak betah hidup dan tinggal di rumah gadang dan kemudian beramai-ramai berimigrasi ke rumah tetangga yang lebih memberikan harapan hidup yang lebih mulia di sisi kemanusiaan dan mulia di sisi Tuhan.
Karena itu mari kita satukan tekad bersama, bulatkan semangat kita bersama untuk merawat memelihara rumah gadang yang kita “sewa” dari Tuhan untuk benar-benar memberi manfaat bagi kemanusiaan dan kemuliaan di sisi Tuhan sang pemilik rumah gadang serta penyedia bumi, air dan aset yang ada di dalamnya untuk menjamin kehidupan bersama. Cintailah Tanah Air Indonesia. ***