Site icon TubasMedia.com

IHSG Jeblok, Anthony; Pertanda Investor Pesimis Terhadap Masa Depan Perekonomian Indonesia

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan hingga 6,12 persen atau 395,86 poin ke level 6.076,08 di sesi pertama pada Selasa (18/3/2025).

Ini membuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) saham dalam negeri. Beberapa pihak menilai, anjloknya IHSG tak lepas dari kondisi dalam negeri dan sejumlah kebijakan pemerintah.

Lantas, apa saja dampak dari anjloknya IHSG? Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), Anthony Budiawan mengatakan, turunnya IHSG sebesar 6 menunjukkan kepanikan investor atas persepsi masa depan perekonomian Indonesia.

“Cukup memprihatinkan, meskipun kemudian IHSG bangkit pada sesi 2, tapi pesimisme investor terhadap masa depan ekonomi Indonesia tetap tidak hilang,” ujar Anthony, Rabu (19/3/2025).

Menurut dia, hal inilah yang harus diwaspadai oleh pemerintah. Kendati demikian, Anthony menilai turunnya IHSG tidak begitu berdampak signifikan terhadap kerugian ekonomi karena hanya bersifat sementara atau temporer.

“Yang perlu digarisbawahi adalah penurunan IHSG sendiri selama 6 bulan terakhir sudah cukup signifikan, sudah menggerus aset investor lebih dari 20 persen,” jelas dia.

Kepercayaan Investor Merosot

Sementara, ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J Rachbini menjelaskan, salah satu dampak yang terjadi saat IHSG anjlok adalah tergerusnya nilai tukar rupiah. Kondisi ini kemudian berpengaruh pada kepercayaan investor.

“Kepercayaan pasar merosot dan investor terganggu untuk investasi di Indonesia,” ujar Didik saat dihubungi secara terpisah, Rabu (19/3/2025). Menurutnya, investor asing atau domestik lebih memilih untuk menunggu dan tidak akan melakukan investasi ke Indonesia. Artinya, kondisi investasi di Indonesia akan berlanjut stagnan.

“Modal yang ada bisa keluar dan menggerus likuiditas, yang pada gilirannya akan menekan rupiah, menekan nilai tukar rupiah,” lanjut dia. Emiten yang berencana menggalang dana melalui pasar modal (IPO, rights issue) juga kemungkinan bakal menunda aksi korporasi karena valuasi yang melemah.

“Sektor riil tidak akan mendapat kucuran dana yang cukup,” tegas Didik. (sabar)

 

Exit mobile version