Hati-hati Ranjau Paku di Jalan
Oleh: Anthon P. Sinaga

Ilustrasi
APABILA segala cara dihalalkan untuk memperoleh keuntungan atau penghasilan, sesungguhnya adalah sikap dan sifat yang tidak terpuji dan sudah pasti kurang baik di negeri Pancasila ini. Namun, itulah yang terjadi. Seperti, penyebaran paku-paku yang bisa mecelakakan orang di jalan. Untuk itulah para pengendara sepeda motor ataupun pengemudi mobil, agar berhati-hati meliwati jalan-jalan yang ditengarai ada ranjau paku atau besi tajam lainnya, seperti paku payung, mur/baut, paku ulir dan potongan rangka payung.
Akhir-akhir ini, berberapa jalan di Ibukota Jakarta dan bahkan di kota lain di Jabodetabek, diduga dijadikan arena penempatan ranjau-ranjau paku atau besi-besi tajam lainnya, untuk menggembosi ban-ban kendaraan yang melintas. Apabila dugaan masyarakat dan polisi benar, bahwa pemasangan ranjau itu dimaksudkan untuk memperkaya tukang tambal ban dengan upah menempel lubang yang bocor atau untuk menjual ban dalam pengganti yang baru, alangkah rendahnya nilai perikemanusiaan mereka. Bagaimana tanggung jawab moral mereka, kalau sepeda motor atau mobil sampai terbalik hingga mencelakakan pengendara atau penumpangnya.
Para relawan Komunitas Sapu Bersih Ranjau Paku (Saber) sejak Agustus 2011 hingga awal Januari 2012 ini, sudah berhasil mengumpulkan tiga kuintal paku yang dipungut dari Jalan Hasyim Ashari, seputar jalan di Senen, jalan depan Sekretariat Negara hingga jalan depan Istana Negara, Jakarta Pusat . Ruas Jalan Hasyim Ashari mulai dari jalan layang Roxy, hingga Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, diduga merupakan lokasi yang paling rawan ranjau paku tersebut. Ukuran paku pun beragam, mulai dari panajng 1 sentimeter hingga 5 sentimeter.
Yang mengherankan, menurut komunitas Saber tersebut, di sepanjang Jalan Hasyim Ashari, terdapat 25 tukang tambal ban. Jumlah ini dianggap kurang wajar, untuk ukuran panjang jalan hanya sekitar 3,25 kilometer. Para pelaku penyebar ranjau diperkirakan memanfaatkan kepadatan volume kendaraan pada pagi hari dan sore hari di jalan ini untuk digembosi.
Selain di Jalan Hasym Ashari, sebaran paku juga marak di underpass Senen, seputar Istana Negara, di depan Sekretariat Negara, dan juga di Jakarta Utara seperti Jalan Cakung-Cilincing (Cacing). Kejadian serupa juga peernah terjadi di sepanjang Jalan Daan Mogot, Grogol, Jakarta Barat dan Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Tebaran ranjau paku, diduga lebih marak dilakukan pada musim penghujan saat ini, karena tidak mudah terlihat di genangan air.
Tindak Kejahatan
Sesungguhnya, tebaran ranjau paku ini, tidak hanya mengandung unsur konspirasi atau persekongkolan tidak sehat antara pelaku dan tukang tambal ban, pemasok ban dalam dan penyedia mesin kompresor (pompa angin). Akan tetapi, bisa lebih kriminalitas lagi, sebagai unsur kriminalitas memberi peluang bagi tindak kejahatan.
Khususnya bila ban kempes pada malam hari, penjahat pura-pura menolong, tapi kemudian menodong dan menghabisi semua harta milik pengendara mobil atau sepeda motor. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, setelah selesai menolong mengganti ban, kendaraannya langsung dibawa kabur. Sehingga, tindakan pelaku penyebar ranjau paku ini, tidak hanya merugikan pengendara dengan ongkos tambal ban yang mungkin digelembungkan, atau harga ban dalam yang terpaksa dibeli dengan harga tinggi, atau mesin kompresor bertambah laku, tetapi bisa disangkakan sebagai komplotan pelaku kejahatan.
Masyarakat harus mendukung Komunitas Saber serta memberi laporan kepada polisi bila melihat ada pelaku penyebar ranjau paku di jalan. Sebenarnya, tanpa laporan masyarakat, polisi harus sungguh-sungguh bertindak meringkus dan memberantas kompolotan pelaku kejahatan ini. Perlu pula diteliti kebenaran persekongkolan dengan tukang tambal ban ini, karena tidak bisa digeneralisir semua tukang tambal ban terlibat. Banyak tukang tambal ban yang jujur dan menjadikannnya sebagai tulang punggung penghasilan keluarganya.***