Site icon TubasMedia.com

Ekspor Indonesia ke Negara-negara ASEAN di Bawah Singapura

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

BANDUNG, (TubasMedia.Com) – Ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN masih berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.Pada periode 2011, neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN-5 mengalami defisit US$ 8,6 miliar sementara peringkat daya saing Indonesia pada urutan 46 jauh di bawah Singapura (2), Malaysia (21) dan Thailand (39).

Hal itu diungkapkan Dirjen Kerjasama Industri Internasional (KII), Kemenperin Agus Tjahajana saat tampil menjadi pembicara pada Workshop Pendalaman Kebijakan Industri untuk Wartawan di Bandung, Jumat, (23/03/13).

Namun lanjut Agus, kita tidak perlu risau dan gugup menghadapi keadaan ini sebab daya saing Indonesia masih bisa ditingkatkan. ‘’Saya pikir kita tidak perlu gugup menghadapinya. Kita harus tetap optimis,’’ lanjutnya.

Di bagian lain uraiannya dikatakan bahwa tantangan yang melilit Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE) 2015 masih cukup besar. Disebut misalnya dari lintas sektoral tentang pengawasan terhadap produk-produk impor masih sangat lemah ditambah lagi panjangnya prosedur pengenaan antidumping apabila terjadi unfair trade practice.

Selain itu tantangan yang tidak kalah pentingnya diatasi adalah sekitar isu keamanan yang cukup mengganggu iklim investasi seperti demonstrasi buruh dan juga masih adanya ancaman teroris. Demikian juga kondisi infrastruktur yang belum baik bahkan masih tetap memprihatinkan serta masih tingginya terminal handling charge (THC).

Sementara tantangan yang timbul dari sektor industri adanya kenaikan UMR yang cukup signifikan, kurangnya pasokan gas untuk industri dan belum terjaminnya pasokan bahan baku ditambah lagi tidak adanya insentif bagi industri padat karya impor legal. Juga rendahnya mutu SDM.

Upaya untuk penguatan daya dukung iklim industri kata Agus perlu dilakukan terobosan seperti menurunkan biaya modal, biaya energy dan biaya manpower serta biaya logistik serta jaminan persediaan bahan baku.

Selain itu juga perlu diberantas praktek-praktek pungutan liar yang selalu eat hubungannya dengan biaya logistik iklim investasi. ‘’Pungli harus dibasmi secara tuntas,’’ kata Agus. (sabar)

Exit mobile version