Eksekusi Mati Sindikat “Bali Nine”, NU Dukung Presiden Jokowi

Loading

bali

JAKARTA, (tubasmedia.com)-Presiden Jokowi saat ini mendapat banyak tekanan dari negara-negara yang warganya akan dieksekusi mati. Bahkan, Presiden Brasil Dilma Rousseff beraninya menunda penyerahan surat kepercayaan Presiden RI kepada Duta Besar RI Toto Riyanto untuk Brasil . Begitu juga Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Orang nomor satu di negeri Kanguru ini terus saja “merengek-rengek” minta kepada pemerintah Indonesia agar membatalkan rencana eksekusi mati dua terpidana kejahatan narkoba warganya anggota sindikat “Bali Nine”.

Menanggapi kemauan negara sahabat itu, Ketua Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (SAS) dengan tegas menyatakan sikapnya hanya dengan satu kata yaitu menolak. “NU di belakang presiden,” tegas SAS seraya menandaskan bahwa sikap PBNU sudah pasti akan selalu mendukung Jokowi soal eksekusi mati.

Menurut SAS, pelaksanaan hukuman mati diperbolehkan dalam Al-Quran bagi setiap makhluk yang merusak tatanan kehidupan di muka bumi. Ditegaskan SAS bahwa Jokowi tidak akan mengubah keputusannya soal eksekusi mati. SAS mendukung langkah Presiden yang menolak permohonan grasi para terpidana mati. Presiden Joko Widodo, Kamis (26/2/15) bertemu dengan jajaran Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) di Istana Bogor. Dalam pertemuan sekitar satu jam itu, Jokowi menyinggung tekanan dari dunia internasional terkait eksekusi mati para terpidana.

“Nggak apa-apa, silakan saja tekan-tekan,” ujar SAS kepada wartawan usai pertemuan. SAS hadir bersama beberapa pimpinan PBNU diantaranya Wakil Ketua Umum PBNU As’ad Ali dan Ketua PBNU Salem Effendy Yusuf. Menurut SAS, bahwa Jokowi berkeyakinan protes para pimpinan negara lain terkait eksekusi mati di Indonesia dikarenakan faktor internal di negara-negara itu, perdana menterinya lagi down rating politiknya, sedang mengalami tekanan.(marto tobing)

CATEGORIES
TAGS