Digitalisasi Koperasi di Jatim, Jabar dan Jateng akan Dilanjutkan, Penyerapan Susu Segar Meningkat

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan melanjutkan program Digitalisasi Tempat Penerimaan Susu Segar (TPS) koperasi di Jawa Timur (Jatim), Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Tengah pada tahun 2025 ini.

Digitalisasi TPS koperasi dinilai berhasil memperkuat kemitraan Industri Pengolahan Susu (IPS) dengan koperasi/peternak. Digitalisasi TPS juga berdampak positif terhadap kesejahteraan peternak dan  penyerapan produksi susu segar peternak/koperasi oleh IPS.

“Hingga akhir tahun 2024 lalu, terdapat 96 titik TPS yang telah digitalisasi. Tahun 2025, akan diupayakan digitalisasi di 100 TPS lagi,”ujar Dirjen Industri Agro, Kemenperin, Putu Juli Ardika didampingi Sekretaris Direktorat Industri Agro, Yulia Astuti di Jakarta.

Dikatakan, saat ini terdapat sekitar 900 TPS koperasi di Jatim, Jabar dan Jateng. Ini berarti, baru sekitar 10 persen TPS Koperasi yang telah digitalisasi.

“Memang program digitalisasi ditujukan untuk TPS yang sudah memiliki “cooling unit” untuk meningkatkan kinerja dari koperasi,”tambah Yulia Astuti.

Oleh karena itu, dengan adanya Peraturan Menperin Nomor 40/2024 terkait Program Restrukturisasi Mesin Peralatan, diharapkan bisa dilaksanakan percepatan digitalisasi TPS di koperasi-koperasi.

Telah Digitalisasi

Menurut Yulia Astuti, sejauh ini 96 titik TPS yang telah digitalisasi, sebagian besar berada di wilayah Jatim. Seperti Koperasi  SAE Pujon, Kabupaten Malang 30 TPS; KUD Semen di Kabupaten Blitar 10 TPS dan KPSP Setia Kawan Kabupaten Pasuruan 25 TPS.

Salah satu manfaat program Digitalisasi yang dirasakan peternak/koperasi  adalah mempercepat waktu proses penyetoran susu peternak di TPS. Sehingga dapat menjaga kesegaran susu dan menekan laju cemaran bakteri patogen (TPC  <1 juta).

Temuan yang diperoleh Ditjen Industri Agro menyebutkan, sejak dilakukan digitalisasi TPS pada 2022, baik di Koperasi SAE Pujon dan KUD Semen mengalami perbaikan untuk tingkat cemaran mikroba (TPC <1juta).

Nah, seperti diketahui, harga susu yang dibayarkan oleh IPS sesuai dengan tingkat cemaran dan Total Solid susu.

“Peternak akan mendapatkan harga yang lebih baik jika menyetorkan susu dengan tingkat cemaran mikrobiologi TPC < 1 juta. Insentif yang diperoleh dengan perbedaan tersebut sebesar Rp 50-75/liter,”ujar  Sekretaris Ditjen Industri Agro Yulia  Astuti.

Pengamat juga menganjurkan pentingnya investasi infrastruktur, seperti membangun fasilitas penyimpanan modern dan digitalisasi TPS, khususnya untuk menjaga kualitas rantai pasok.

Terkait dengan dimulainya Program Makan Bergizi Gratis (MBG), hari Senin (6/1/2025) lalu, di 26 Provinsi, tercatat Jatim termasuk salah satu daerah yang siap melaksanakan program itu.

Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana di DPR, menyatakan pemberian susu di tahun pertama program MBG akan diberikan untuk wilayah-wilayah yang memiliki peternakan sapi perah. Maksudnya, agar daerah-daerah lain ikut termotivasi untuk mengembangkan peternakan sapi. Sebab, tambahnya, bahan-bahan makanan yang disiapkan untuk MBG berasal dari komoditas lokal.

“Salah satu provinsi yang kemungkinan dapat memenuhi kebutuhan susu di daerahnya adalah Jawa Timur,”ujar Dadan Hindayana. (herry sinamarata)

CATEGORIES
TAGS