Site icon TubasMedia.com

Citra itu Lahir karena Karya

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

PIALA Citra diberikan kepada orang-orang yang selalu berkarya dalam dunia perfilman nasional. Tidak akan pernah diberikan kepada orang-orang yang tidak pernah berkarya. Jangan pernah mencoba-coba membangun citra kalau tidak pernah menghasilkan karya-karya besar atau kecil di masyarakat. Dan jangan pula sekali-kali Anda membangun citra hanya dengan mengandalkan gestur dan postur tubuh yang gagah perkasa, tapi miskin karya, Anda pasti akan boros, buang waktu, dan akhirnya bangkrut dan tumbang di telan bumi.

Yang akan dikenang oleh masyarakat hanya kegagalannya bukan keberhasilannya. Yang diingat dan dicatat dalam sejarah hanyalah keburukannya bukan kebaikannya. Hasil atau buah karya yang bermanfaat bagi orang lain yang selalu dicatat dalam buku harian atau dalam catatan sejarah ketika seorang pemimpin dinilai oleh rakyatnya berhasil karena kebijakan dan progam yang dijalankan dapat hidup sejahtera meskipun belum semuanya dapat menikmati.

Rakyat hanya butuh hasil dan manfaat. Rakyat tidak terlalu perlu untuk tahu bagaimana prosesnya dijalankan.Yang rakyat perlukan adalah akuntabilitasnya. Kalau hasil dan manfaatnya dirasakan, maka citra sang pemimpin akan bersinar terang tanpa harus banyak mengorbankan perasaan dan modal untuk membangun pencitraan.

Kalau tidak setuju dengan kenaikan harga BBM tidak perlu teriak-teriak di pinggir jalan sambil pasang spanduk di mana-mana, yang kita semua tahu bahwa apa yang dilakukannya tidak lebih hanya sekadar untuk menjaga elektabilitas, bukan citra. Sinar terang citra positifnya akan datang dengan sendirinya jika perilakunya baik, tidak berbuat korupsi dan tidak pernah melakukan perbuatan “mesum” dan “selingkuh”, dan banyak menghasilkan karya-karya terbaik yang bermanfaat bagi masyarakat luas, dan bukan hanya untuk kepentingan kelompoknya saja.

Siapapun dan dari golongan manapun asalnya memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk menjadi pemimpin di negeri ini.Tanpa susah-payah membangun citra yang muluk-muluk untuk dapat dicintai rakyat kalau menjadi pemimpin bekerjanya hanya gali lubang tutup lubang.Tidak ada ketulusan apalagi kejujuran. Membangun citra demi cinta adalah penting, tapi modalitasnya tidak cukup hanya pandai bercakap-cakap, pandai mendongeng dan sibuk berhujat.

Citra dan “piala citranya” akan dapat diperoleh setiap tahun oleh sosok seorang pemimpin bila berdasarkan penilaian rakyatnya secara nyata berhasil membawa perubahan signifikan bagi kesejahteraan bersama. Bukan penilaian yang diberikan oleh IMF, Bank Dunia, ADB, WTO, FAO, dan lembaga pemeringkat utang. Penilaian dari lembaga-lembaga internasional semacam itu memang kita perlukan, tetapi di balik penilaian itu suka ada udang di balik batunya.

Penilaian Masyarakat

Yang paling fair dan objektif justru penilaian yang datang dari masyarakatnya sendiri di dalam negeri yang tersebar dari NAD sampai Papua. Satriopiningit yang akan turun dari kayangan menjadi pemimpin di negeri ini pada tahun 2014 kita harapkan benar-benar sosok yang mau bekerja dan berkarya secara nyata bagi kepentingan rakyatnya. Mau cakep, cantik, gagah atau tidak, bukan hal yang penting.

Mewakili rakyat berjanji kepada Satriopiningit bahwa jika berhasil tiap tahun menelurkan karya-karya yang bermanfaat,”piala citranya” pasti akan kita persembahkan kepada para pemimpin nasional di negeri ini.Tapi, kalau hanya bisa cakar-cakaran, saling hujat dan hobinya sama, yakni berburu di kebun binatang, jangan harap “piala citra”nya akan dapat Anda bawa pulang.

Kita akan gunakan semaksimal mungkin dengan cara yang beradab dan penuh kearifan untuk menjewer rame-rame pemimpin kita jika hanya pandai cakap-cakap dan mendongeng demi pencitraan, tapi miskin karya. Negara lain yang sekarang relatif lebih mumpuni dari Indonesia dibangun dengan banyak karya, bukan dengan cara membangun citra. Lihat China dan India, sekarang telah berhasil menjadi adi daya di Asia.

Tengok Thailand telah berhasil menjadi detroitnya di Asia Tenggara. Indonesia menjadi apa dan seperti apa di Asia, hanya masih puji-pujian dari lembaga survei internasional yang katanya pada tahun 2030 menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi nomor 7 di dunia.

Pujian itu akan menjadi sebuah kenyataan kalau para nakhoda di negeri ini benar-benar serius bekerja keras dan berkarya membangun infrastruktur,memajukan produksi pangan, energi, dan produk manufaktur dan mempromosikan kebudayaan nasional ke manca negara. Mari saatnya kita bekerja dan berkarya, bukan berdebat membangun citra. Semoga wajah negeri ini akan makin cerah dan sumringah, karena rakyat sejahtera dan makmur dan mencintai para pemimpinnya. ***

Exit mobile version