Budiman Sudjatmiko: Teman Saya Sudah Banyak Mati Jangan Tambah Lagi…….
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Faldo sepertinya tidak memahami apa yang terjadi di tahun 1998. Terlalu banyak teman Budiman Sudjatmiko yang sudah mati.
Terlalu banyak mereka yang melawan rezim otoritarian yang dipimpin oleh mertuanya Prabowo itu. Budiman Sudjatmiko, orang dengan segala idealismenya harus dipenjara bahkan sampai lama sekali.
Di sinilah kita melihat bagaimana Budiman menjerit…
Faldo waktu itu masih umur berapa? Sini Dek, abang ceritakan kepada Anda, apa yang terjadi pada saat itu…
Perhatikan di menit ke-10. Adian sudah tidak tahan dengan nyinyiran Faldo Maldini yang tidak memahami apa arti dari reformasi dan pertumpahan darah yang dibutuhkan untuk menumbangkan rezim Soeharto, mantan mertuanya Prabowo itu.
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Faldo sepertinya tidak memahami apa yang terjadi di tahun 1998. Terlalu banyak teman Budiman Sudjatmiko yang sudah mati.
Terlalu banyak mereka yang melawan rezim otoritarian yang dipimpin oleh mertuanya Prabowo itu. Budiman Sudjatmiko, orang dengan segala idealismenya harus dipenjara bahkan sampai lama sekali.
Di sinilah kita melihat bagaimana Budiman menjerit…
Faldo waktu itu masih umur berapa? Sini Dek, abang ceritakan kepada Anda, apa yang terjadi pada saat itu…
Perhatikan di menit ke-10. Adian sudah tidak tahan dengan nyinyiran Faldo Maldini yang tidak memahami apa arti dari reformasi dan pertumpahan darah yang dibutuhkan untuk menumbangkan rezim Soeharto, mantan mertuanya Prabowo itu.
Dulu tahu tidak, bahwa di Jakarta, keadaan sangat mencekam. Pemerkosaan dan pembunuhan berdarah terjadi.
Para pria tegap itu menyuruh warga menjarah Pasar Klender di Jakarta Timur. Pasar itu sedang tutup karena tidak mau menjadi sasaran amukan massa.
Di sana para Jawara Kampung dan Satpam bergandengan tangan, menjadi pagar betis, dengan golok yang siap menjaga Mall Yogya tersebut.
Tapi ada sekelompok pria tegap yang badannya besar-besar. Melepaskan tembakan yang arahnya entah ke mana di hadapan para Jawara Kampung dan satpam.
Mereka kocar kacir. Para jawara kampung dengan goloknya dan satpam dengan pentungannya, tidak mampu menghalau peluru. Mereka manusia biasa yang tidak berdaya.
Dengan teriakan “JARAH!”, para pria-pria berbadan tegap itu mengomandoi seluruh warga Jakarta, dari laki-laki, perempuan yang sudah maupun belum menikah, untuk menjarah Pasar Klender.
Tapi di tengah-tengah kejadian penjarahan yang ada di gedung berlantai 6 itu, kelompok pria tegap dan berambut rapih itu menurunkan kasur-kasur dan spring bed ke lantai satu. Lantai satu ditumpuk kasur, spring beda dan pakaian. Untuk apa?
Mereka sepertinya tidak sedang menjarah. Mereka terlihat seperti menjebak ratusan orang yang seperti kesurupan itu untuk tetap nyaman.
Kondisi pada saat itu adalah mati lampu. Listrik dipadamkan. Kenapa padam? Karena memang pada saat itu, tidak ada operasional. Toko tidak buka.
Buat apa mereka menumpukan banyak sekali kain-kain dan pakaian di lantai satu? Ternyata tindakan biadab dilakukan oleh pria berbadan tegap itu dilakukan. Mereka menyiram bensin ke arah pakaian yang ditumpuk di lantai satu. Dengan 400-an orang sedang seperti orang kesurupan menjarah di lantai 2 sampai 6.
Kebakaran hebat tidak bisa dihindarkan lagi. Kebakaran hebat terjadi. Asap tebal membumbung tinggi. Mereka yang ada di lantai 2 sampai 6 mengalami kepanikan.
Mata mereka merah, nafas mereka tersengal-sengal. Mereka dibantai dan dipanggang hidup-hidup, tidak selayaknya manusia.
Dan sepertinya Faldo tidak tahu betapa Budiman Sudjatmiko yang masih berusia belasan tahun itu, di kampusnya kehilangan banyak saudara-saudaranya. Di kampus Trisakti, ada empat mahasiswa tewas terkena peluru. Tewas di tempat.
Budiman marah ketika Faldo, manusia yang bersahabat dekat dengan Amien Rais itu, tidak memaknai istilah people power dengan benar. Memaknai istilah people power secara salah, membuat Indonesia pecah. Inikah yang diinginkan Faldo?
Budiman Sudjatmiko adalah seorang yang paling merasa kehilangan di era 1998. Budiman Sudjatmiko ketakutan kalau peristiwa kelam 1998, pembantaian massal itu dikerjakan. Masih ingat peristiwa sebelumnya, Kudatuli yakni peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh Juli di depan kantor PDI-P?
Budiman Sudjatmiko sudah berkali-kali merasakan pahitnya era Soeharto. Rezim otoriter yang membungkam mahasiswa. Silakan simak tulisan-tulisan penulis yang viral sebelum-sebelumnya mengenai peristiwa ketakutan hal tersebut.
Sadis betul saudara-saudara. Ada yang disetrum. Ada yang terkena cambuk setrum. Di sana interogasi menakutkan. Bahkan melihat dari cara bicara Budiman dan Adian, mereka memiliki kepahitan masa lalu yang tidak terbayangkan.
Faldo tidak akan mengerti. Karena dulu sewaktu kejadian, mungkin dia sedang main bersama teman-temannya di kampung. Masih SD. Tidak ada perasaan ketakutan. Sekarang orang ini memilih untuk melupakan sejarah.
Jadi bagaimana? Hanya satu solusi. Apa itu?
Jokowi dan Ma’ruf Amin harus menang. Tidak boleh lagi ada teman Adian dan Budiman yang mati! (red)
Dulu tahu tidak, bahwa di Jakarta, keadaan sangat mencekam. Pemerkosaan dan pembunuhan berdarah terjadi.
Para pria tegap itu menyuruh warga menjarah Pasar Klender di Jakarta Timur. Pasar itu sedang tutup karena tidak mau menjadi sasaran amukan massa.
Di sana para Jawara Kampung dan Satpam bergandengan tangan, menjadi pagar betis, dengan golok yang siap menjaga Mall Yogya tersebut.
Tapi ada sekelompok pria tegap yang badannya besar-besar. Melepaskan tembakan yang arahnya entah ke mana di hadapan para Jawara Kampung dan satpam.
Mereka kocar kacir. Para jawara kampung dengan goloknya dan satpam dengan pentungannya, tidak mampu menghalau peluru. Mereka manusia biasa yang tidak berdaya.
Dengan teriakan “JARAH!”, para pria-pria berbadan tegap itu mengomandoi seluruh warga Jakarta, dari laki-laki, perempuan yang sudah maupun belum menikah, untuk menjarah Pasar Klender.
Tapi di tengah-tengah kejadian penjarahan yang ada di gedung berlantai 6 itu, kelompok pria tegap dan berambut rapih itu menurunkan kasur-kasur dan spring bed ke lantai satu. Lantai satu ditumpuk kasur, spring beda dan pakaian. Untuk apa?
Mereka sepertinya tidak sedang menjarah. Mereka terlihat seperti menjebak ratusan orang yang seperti kesurupan itu untuk tetap nyaman.
Kondisi pada saat itu adalah mati lampu. Listrik dipadamkan. Kenapa padam? Karena memang pada saat itu, tidak ada operasional. Toko tidak buka.
Buat apa mereka menumpukan banyak sekali kain-kain dan pakaian di lantai satu? Ternyata tindakan biadab dilakukan oleh pria berbadan tegap itu dilakukan. Mereka menyiram bensin ke arah pakaian yang ditumpuk di lantai satu. Dengan 400-an orang sedang seperti orang kesurupan menjarah di lantai 2 sampai 6.
Kebakaran hebat tidak bisa dihindarkan lagi. Kebakaran hebat terjadi. Asap tebal membumbung tinggi. Mereka yang ada di lantai 2 sampai 6 mengalami kepanikan.
Mata mereka merah, nafas mereka tersengal-sengal. Mereka dibantai dan dipanggang hidup-hidup, tidak selayaknya manusia.
Dan sepertinya Faldo tidak tahu betapa Budiman Sudjatmiko yang masih berusia belasan tahun itu, di kampusnya kehilangan banyak saudara-saudaranya. Di kampus Trisakti, ada empat mahasiswa tewas terkena peluru. Tewas di tempat.
Budiman marah ketika Faldo, manusia yang bersahabat dekat dengan Amien Rais itu, tidak memaknai istilah people power dengan benar. Memaknai istilah people power secara salah, membuat Indonesia pecah. Inikah yang diinginkan Faldo?
Budiman Sudjatmiko adalah seorang yang paling merasa kehilangan di era 1998. Budiman Sudjatmiko ketakutan kalau peristiwa kelam 1998, pembantaian massal itu dikerjakan. Masih ingat peristiwa sebelumnya, Kudatuli yakni peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh Juli di depan kantor PDI-P?
Budiman Sudjatmiko sudah berkali-kali merasakan pahitnya era Soeharto. Rezim otoriter yang membungkam mahasiswa. Silakan simak tulisan-tulisan penulis yang viral sebelum-sebelumnya mengenai peristiwa ketakutan hal tersebut.
Sadis betul saudara-saudara. Ada yang disetrum. Ada yang terkena cambuk setrum. Di sana interogasi menakutkan. Bahkan melihat dari cara bicara Budiman dan Adian, mereka memiliki kepahitan masa lalu yang tidak terbayangkan.
Faldo tidak akan mengerti. Karena dulu sewaktu kejadian, mungkin dia sedang main bersama teman-temannya di kampung. Masih SD. Tidak ada perasaan ketakutan. Sekarang orang ini memilih untuk melupakan sejarah.
Jadi bagaimana? Hanya satu solusi. Apa itu? Jokowi dan Ma’ruf Amin harus menang. Tidak boleh lagi ada teman Adian dan Budiman yang mati! (red)