Blatter : Pikir Kembali Aturan Gol Tandang

Presiden FIFA Sepp Blatter
PRESIDEN FIFA Sepp Blatter telah meminta memikirkan kembali aturan gol tandang untuk menentukan pemenang dalam sebuah pertandingan saat ia mempertanyakan apakah metode untuk menyelesaikan knockout game tersebut masih masuk akal.
Sistem yang berlaku sekarang, yang membuat tim yang mencetak gol tandang lebih banyak dalam laga tandangya akan memenangkan laga jika akumulasi skor berimbang, telah digunakan sejak tahun 1965 di kompetisi Eropa dan masih berlaku di Liga Champions dan Liga Eropa.
Blatter mengklaim aturan tersebut menguntungkan tim yang bermain laga tandang di leg kedua karena pertandingan bisa berlanjut ke perpanjangan waktu, yang berarti tim tamu akan memiliki lebih banyak waktu untuk mencetak gol tandang.
Saat menulis sebuah ulasan di majalah Weekly FIFA, yang diterbitkan pada hari Jumat (10/10/2014), Blatter menunjukkan aturan itu seharusnya dihapus di pertandingan play off divisi Championship Inggris pada tahun 2000.
Blatter mengatakan: “Sudah saatnya untuk memikirkan kembali system ini. Sepakbola telah berkembang sejak tahun 1960-an, sehingga aturan gol tandang mungkin sekarang harus dipertanyakan. Apakah gol tandang adalah ketentuan yang masih masuk akal?”
“Idenya berawal saat laga tandang yang sering menjadi petualangan, yang melibatkan perjalanan yang bisa lebih panjang dan sulit, dan kondisi bermain akan bervariasi.”
“Pada kenyataannya, itu lebih menguntungkan klub yang bermain laga tandang di leg kedua. Dimana nilai sama pada saat itu, tim yang memiliki 30 menit lebih dari lawan mereka untuk mencetak gol tandang yang berharga. Selain itu di leg pertama tidak ada waktu tambahan.”
“Ketidakseimbangan semacam telah dibuang di berbagai kompetisi. Aturan gol tandang tidak lagi digunakan di playoff babak semi-final promosi di sepakbola Inggris.”
FA Inggris menilai aturan yang mereka gunakan saat ini lebih baik daripada aturan gol tandang yang digunakan resmi oleh FIFA.
Blatter menyarankan modifikasi dapat digunakan seperti dalam bekerja di playoff MLS dan di Liga Champions CONCACAF di mana gol tandang hanya di hitung “lebih baik” sampai akhir waktu normal di leg kedua, bukan di waktu tambahan.” (Rizal Surya Pratama)