Berlaga Mengejar Prestasi dan Legacy

Loading

legacy

Oleh: Fauzi Aziz

MENGEJAR prestasi dan legacy sangatlah manusiawi dan dibutuhkan karena manusia dengan seluruh tatanannya membutuhkan penghargaan dari sesama manusia dan penghargaan dari Sang Pencipta. Penghargaan dari sesama manusia bersifat duniawi dan penghargaan dari Sang Pencipta bersifat uchrowi.

Karena itu,wajar jika manusia sepanjang perjalanan hidupnya terus berlaga mengejar prestasi dan legacy karena nilai apresiasinya bersifat ganda. Kerja, kerja, kerja kata Presiden Jokowi, tidak lebih dari agar kita berprestasi dan mewariskan legacy yang bermanfaat untuk kemanusiaan. Kita berulangkali mendengar kata kemakmuran dan kesejehteraan di berbagai media. Keduanya adalah mimpi indah yang harus kita capai.

Caranya mudah, yakni kita harus berprestasi. Dan manakala prestasi yang kita hasilkan bermanfaat bagi kemanusiaan dan di dalamnya kesejahteraan dan kemakmuran secara nyata terlihat, maka itulah legacy yang kita dapat wariskan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Prestasi dan legacy hanya bisa digerakkan melalui kekuatan nalar dan hati nurani yang merupakan kekayaan intelektual pada diri setiap manusia.

Kekuatan ilmu adalah pembuka jalan untuk kita dapat meraih prestasi. Hanya ilmu yang bermanfaat yang bisa melahirkan legacy dalam kehidupan ini. Guru, dosen pembimbing kita yang mendidik dan mengajar kita menguasai ilmu adalah tidak lebih agar kita dapat berprestasi di berbagai bidang dunia kerja dan kehidupan.

Berkat jasa para guru dan dosen yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, mereka akan dikenang oleh para murid dan mahasiswanya dan penghargaan itu adalah sebuah legacy bagi mereka. Legacy nilainya tak terhingga dan tidak bisa diukur dengan nilai yang bersifat kebendaan.

Sedangkan prestasi, nilainya masih bisa diukur secara material tergantung dari kuantitas dan kualitas karya cipta yang dihasilkan di sepanjang perjalanan hidup seseorang. Prestasi daur hidupnya terukur seiring usia produktif. Ketika kita sudah meninggal dunia, maka prestasi akan berhenti sampai disitu. Yang akan diingat sebagai kenangan manis hanya karya ciptanya dan manfaatnya sehingga itulah legacy yang diwariskan/ditinggalkan untuk anak cucu di seluruh negeri ini.

Tuhan menciptakan kita hanya untuk berprestasi dan meninggalkan legacy yang bernilai ibadah. Maslahat dan bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta mahluk hidup lainnya dan maslahat untuk mendapatkan kemuliaan dari Tuhan Sang Pencipta kehidupan ini. Rugi jika kita tidak berhasil menjadi manusia-manusia yang berprestasi dan tidak mewariskan legacy sama sekali.

Indonesia memerlukan manusia-ma nusia yang berprestasi di segala bidang dan banyak mewariskan legacy yang mana akan memudahkan bagi generasi penerus melangkah menapaki perjalanan hidupnya di era yang berbeda karena dunia terus berubah sesuai perkembangan zaman, serta tantangan dan ancamanyapun juga berbeda.Tanpa prestasi, negeri ini akan terjebak pada kondisi “stuck in the middle” artinya “tidak berhasil berhasil meraih keunggulan manapun di bidang apapun. Maka dari itu, Indonesia akan mengalami kerugian yang berlipat ganda. Indonesia hanya akan menjadi negara kaya tetapi sejatinya miskin karena miskin prestasi dan gagal menjelma menjadi kekuatan pencipta, pekarya, gagal menjadi inovator yang efektif dan produktif akibat miskin prestasi. Ujungnya tidak ada legacy apa-apa yang bisa diwariskan.

Semestinya kegagalan-kegagalan tersebut tidak boleh karena kita hanya akan mengalami kerugian daripada memperoleh nilai keuntungan/manfaat. Oleh sebab  itu, proses transformasi ilmu sebagai kekuatan intangible untuk menghasilkan aset tangible yang bermanfaat bagi lingkungan sosial dan lingkungan hidupnya perlu dikelola dengan baik, bijaksana dan bertanggungjawab.

Prestasi dan legacy kita perlukan agar anak cucu tidak menderita ketimpangan dan kekerasan hidup buatan manusia sendiri, apakah wujudnya produk, teknologi atau karya seni budaya dan sebagainya. Lonceng untuk berlaga meraih prestasi dan mewariskan legacy sudah berbunyi nyaring. Begitu pula genderang dan bendera startnya sudah ditabuh dan dikibarkan untuk berderap menuju modernitas (marching to modernity) secara seimbang dan seleras antara nilai-nilai spiritualitas dan nilai kebendaan.

Berlaga mengejar prestasi dan mewariskan legacy adalah keniscayaan dan langkah ini dilakukan untuk menginspirasi kebangkitan Indonesia agar terbebas dari jebakan “stuck in the middle”. Kita posisikan seluruh kekuatan kekayaan intelektual dan kekuatan spiritualnya  dipadukan secara teroganisir dengan baik untuk menghasilkan kekayaan material yang akan membuat kehidupan bangsa Indonesia menjadi sejahtera dan makmur yang berkeadilan.

Bangsa Indonesia harus dididik, dilatih dan dipimpin untuk bisa menjadi bangsa yang pandai mensyukuri nikmat Tuhan yang kaya akan prestasi dan banyak meninggalkan legacy yang bermanfaat bersama. Dan jika ini terjadi, Indonesia akan menjadi negara modern yang kesekian dan dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Tua muda, laki perempuan harus bisa menorehkan prestasinya dalam kehidupan masing-  masing. Karena itu, Indonesia memang harus bebas KKN dan bebas dari narkoba agar terorisme dan radikalisme berkurang. Terorisme dan radikalisme terlahir untuk melawan KKN dan narkoba serta kezaliman, kesewenang-wenangan dan penjajahan serta ketidakadilan, bukan karena alasan agama yang mengajarkan cinta damai. (penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi).

CATEGORIES
TAGS