Berindustri Bukan untuk Mengatasi Pengangguran

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

JUDUL tulisan ini ini sepertinya aneh. Boleh jadi bodoh dan logika berfikirnya hanya sekedar mau cari sensasi. Tidak apa-apa kalau ada yang tidak setuju dengan opini ini, yaitu “berindustri bukan untuk mengatasi pengangguran”. Secara obyektif memang betul bahwa berindustri bukan untuk mengatasi pengangguran.

Tapi secara subyektif bisa saja berindudustri itu dilakukan untuk mengatasi pengangguran. Karena pertimbangan politis, demografis bisa saja alasan tersebut dapat diterima dan opini ini bisa mengatakan bahwa inilah yang disebut sebagai sudut pandang yang prespektifnya bersifat subyektif. Masalah pengangguran adalah tanggungjawab bersama untuk mengatasinya.

Semua sektor harus saling memberikan kontribusi. Jangan sampai missleading sudut pandangnya karena menempatkan tanggungjawab yang terlalu besar kepada satu atau dua sektor sebagai institusi yang harus bertanggungjawab mengatasi pengangguran kurang obyektif dan kurang adil dan tidak bijaksana.

Misi utama berindustri adalah menciptakan nilai dengan memanfaatkan SDM berkeahlian dan terampil dan teknologi untuk menghasilkan produktifitas. Ini yang paling pokok sebagai misi utamanya. Produk yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas di dalam dan di luar negeri. Karena itu, output-nya ditekankan kepada masalah peningkatan produktifitas dan daya saing.

Bahwasanya dalam proses produksi yang dilakukan menggunakan tenaga kerja tidak bisa ditambah. Namun jika misinya harus menyerap tenaga kerja, banyak untuk mengatasi pengangguran, ini bukan misi utamanya. Jadi mengatasi pengangguran tidak wajib hukumnya bagi siapa yang sedang berindustri, tapi bahwasanya harus menggunakan tenaga kerja itu pasti karena industri memerlukannya.

Oleh karena misi utamanya adalah produktifitas dan daya saing, maka semua institusi baik pemerintah yang berwenang mengurus soal ketenaga kerjaan dan swasta bahkan NGO harus mampu menyelenggarakan progam diklat yang mencetak tenaga berpendidikan dengan jenjang berkeahlian dan trampil agar terpakai oleh industri.

Sekali lagi ditegaskan bahwa berindustri bukan untuk mengatasi pengangguran. Jika terjadi suatu industri “gagal” menyediakan barang dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan penyebabnya karena produktifitas dan daya saingnya rendah, maka hal ini bisa dibicarakan dengan kemenperin karena wewenangnya ada di institusi tersebut.

Inilah sekedar pikiran sederhana dan industri dibangun memang harus menggunakan tenaga kerja dan pekerjanya harus berkeahlian dan berketrampilan agar dapat menghasilkan produk yang proses produksinya dilakukan secara efisien dan produktifitasnya tinggi. Soal mengatasi pengangguran adalah tanggung bersama antara pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat.

Semua pihak harus memberikan sharing secara proporsional,sehingga pengangguran dapat ditekan serendah mungkin.Oleh sebab itu iklimnya harus kondusif dan tetap terjaga di sepanjang waktu agar tiga komponen para kontributor pencipta lapangan kerja dapat nyaman dan aman untuk beraktifitas di bidangnya masing-masing. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS