BBLM Memiliki Empat Unggulan Produk
BANDUNG, (tubasmedia.com) – Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Kementerian Perindustrian kini memiliki empat unggulan produk untuk membantu industri dalam negeri
Hal itu diungkapkan Kepala BBLM, Ir. Enuh Rosdeni, M.Eng pada puncak acara perayaan ulang tahun ke-50 balai yang dipimpinnya di Bandung, kemarin.
Pada perayaan HUT tersebut, BBLM memiliki tema “50 Tahun BBLM Berkarya Siap Mendukung Making Indonesia 4.0” yang konotasinya berimbas pada peningkatan kualitas produk.
Di usianya yang sudah matang, BBLM pun terus berupaya memberikan sumbangsihnya terhadap kemajuan industri di tanah air.
Dijelaskan Enuh, unggulan pertama yang kini dikedepankan oleh BBLM yaitu produksi roda kereta api yang selama ini masih diimpor. BBLM melalui rangkaian penelitian, kini mencoba membuat prototipe roda kereta api dengan bahan baku dari dalam negeri.
“Sudah kami bikinkan prototipenya dan tanggapan pasar sangat bagus. Rencananya untuk roda kereta api ini kami akan bekerja sama dengan PT Barata. Nanti PT Barata ini yang akan memproduksi secara massal,” kata Enuh.
Produk unggulan kedua dari BBLM yaitu motor listrik. Saat ini, BBLM sudah bekerja sama dengan empat perusahaan besar. Menurut Enuh, motor listrik akan terus dikembangkan. Pasalnya, di masa depan motor listrik akan menjadi harapan.
“Selama ini kan masih impor. Kami sudah membuat prototipe sehingga nantinya bisa diproduksi di dalam negeri. Kami sangat mendukung produksi di dalam negeri,” tambahnya.
Sementara dua produk unggulan lainnya yang kini tengah digarap BBLM yaitu nickel pig iron (NPI) yang bisa diolah untuk bahan baku industri baja di dalam negeri serta elemen bahan baku lainnya yang biasa digunakan untuk praktik di SMK.
“Harapan kami produk unggulan ini bisa membantu perkembangan dan problem solving bagi industri dalam negeri,” imbuh Enuh.
Di bagian lain keterrangannya, Enuh mengatakan, hambatan utama bagi Indonesia untuk memproduksi mesin adalah bahan baku. Pasalnya, sebagain besar bahan baku yang dibutuhkan industri mesin masih harus diimpor menngakibatkan biaya produksi menjadi tidak kompetitif.
Kalau di bidang desdain dan penguasaa teknologi kata Enuh, Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Karena itu kata Enuh, salah satu strategi mengatasi pengadaan bahan baku yang kompetitif adalah perlunya dibuatkan insentif pajak akan bahan baku impor. (sabar)