Laporan: Redaksi

Ilustrasi
YOGYAKARTA, (Tubas) – Batik memiliki peran penting bagi Indonesia dalam hal budaya maupun perekonomian. Dalam perkembangannya seperti sekarang ini, produk batik jelas telah menjadi wujud nyata dari kekayaan nasional. Tak hanya itu. Batik sebagai produk budaya merupakan salah satu pilar utama bagi terwujudnya suatu bangsa yang maju sejahtera.
Hal itu dikemukakan Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah, di forum seminar dan pameran nasional Empowering Batik dalam Membangun Karakter Budaya Bangsa di ruang sidang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (19/5).
Diungkapkan Euis Saedah, pada awalnya batik hanya dibuat dan dipakai di lingkungan raja-raja, terutama raja-raja di Jawa. Penggunaannya pun awalnya untuk keperluan upacara yang berhubungan dengan kehidupan di lingkungan istana atau keraton. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, batik secara perlahan mengalami pergeseran dan diperjualbelikan.
“Ya, secara perlahan batik mengalami pergeseran dan diperjualbelikan sebagai mata dagangan yang bernilai tambah tinggi secara ekonomi,” tambahnya.
Menurut Euis Saedah, dalam perkembangannya hingga hari ini terlihat jelas produk batik telah menjadi wujud nyata dari karya cipta dan seni yang diekspresikan pada desain motif kain pakaian maupun kain dekorasi lainnya. “Batik terus tumbuh dan berkembang serta menjelma menjadi kekayaan nasional yang mempunyai peran penting bagi Indonesia baik dalam hal budaya maupun perekonomian,” ujarnya.
Karya batik, urainya, penuh dengan muatan seni dan budaya. Bahkan untuk motif-motif tertentu, batik disakralkan. Karena itu bila karya batik dikombinasikan dengan daya inovasi dan kreativitas yang tinggi, maka akan membuahkan hasil berupa terbentuknya karya bangsa yang mampu berdaya saing dan kompetitif.
Euis Saedah merasa yakin, bila batik sudah menjadi sesuatu yang monumental dan bisa membangun kesejahteraan ekonomi bangsa, maka tak akan ada lagi disparitas kelas ekonomi yang jauh.
Ia juga mengingatkan, dewasa ini negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, maupun Jepang, Afrika Selatan serta sejumlah negara di Eropa sedang gencar mengembangkan potensi produk berbasis budaya yang didukung pula dengan kampanye global. (s eka ardhana)