Laporan: Redaksi

ilustrasi
TEBINGTINGGI, (TubasMedia.Com) – Keinginan para penggiat batik di Sumatera Utara agar Tebingtinggi memiliki Batik Tulis Khas Tebingtinggi, sudah jadi kenyataan. Bahkan tahun 2013, akan menjadi tahun kebangkitan bagi industri batik di kota lemang itu. Namun campurtangan pemerintah pusat masih sangat diharapkan agar cita-cita tersebut bisa segera booming dan industri batik khas daerah Sumatera Utara tersebut dapat tumbuh berkembang.
Pemerintah Kota Tebingtinggi, Sumatera Utara melalui Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan telah memanggil pengrajin batik dari Medan untuk melatih 25 warga remaja putri Tebingtinggi agar bisa tampil dan terampil menghasilkan motif batik khusus kota lemang itu.
Kepala Bidang Industri, Disperindag Kota Tebingtinggi, Khadidjah didampimgi Prof Amroini Dradjat dan Efi Amroini selaku instrukstur saat ditemui wartawan TubasMedia.Com Sabar Hutasoit di Pusat Pelatihan Batik Tebingtinggi menyebut, mereka sudah siap menjadikan Tebingtinggi menjadi Kota Batik.
Rasanya cita-cita tersebut tidaklah berlebihan. Pasalnya, daerah itu sangat kaya akan ornamen dan corak serta motif yang bisa dikembangkan dan pasti laku dijual. Tidak hanya itu, melalui Batik Khas Tebingtinggi, kekayaan budaya nasional yang ada di daerah-daerah akan dapat diperkenalkan melalui batik.
Trend pakaian bermotif batik belakang ini memang menjadi kebutuhan baru bagi para fashoiner di tanah air. Bahkan budaya ciri khas Indonesia ini sangat digandrungi sampai ke mancanegara sehinggga keberadaan pengrajin batik tanah air menjadi inspirator bagi sejumlah Kabupaten/Kota menggelar pelatihan batik, agar mampu menghasilkan batik bermotif khusus khas daerah masing masing.
Hanya saja lanjut Khadidjah, gerakan mereka di daerah untuk bisa melaju kencang mewujudkan cita-cita luhur tersebut sering terbentur karena keterbatasan fasilitas. ‘’Kami saja hingga sekarang masih meminjam meja untuk digunakan para siswa untuk latihan,’’ jelas Khadidajah.
Selain itu, guna mendukung segala kegiatan, mereka masih harus mendatangkan seluruh peralatan dan bahan baku industri batik dari Pulau Jawa. Mulai dari kompor, kuali, centingan, zat pewarna, lilin sampai pada kain, masih harus diimpor dari Pulau Jawa.
Tentang kain batik dikatakan jika harus dibeli di Medan, harganya jauh lebih tinggi dibanding jika dibeli di Pulau Jawa. Kain batik yang mereka peroleh dari Pekalongan dengan harga Rp 20.000 per meter, di Medan harganya mencapai Rp 80.000.
Nah, untuk meminimalisasi biaya yang membengkak itu, mereka sangat mendambakan uluran tangan serta dukungan pemerintah pusat, baik dana maupun fasilitas lainnya. Industri berbasis budaya daerah itu selain dapat mengangkat nama harum Sumatera Utara, juga sangat potensial untuk melahirkan wirausaha-wirausaha baru yang sekaligus berperan memperkuat posisi ekonomi daerah yang berdampak positif terhadap ekonomi nasional.
Motif batik bernuansa abstrak hasil karya remaja putri berbakat itu dituangkan melalui kain jenis katun dengan motif bunga besar sembari menampilkan burung beo, tugu perjuangan 13 Desember, pohon bambu sebagai salahsatu ikon kota lemang, geronak lemang dan esa hilang dua terbilang.
Dengan menampilkan ciri-ciri daerah diharapkan kehadiran batik tersebut akan semakin dapat diterima oleh masyarakat setempat dan sekaligus mampu menarik minat konsumen lokal untuk memilikinya.
Tidak mustahil juga batik khas Tebingtinggi akan memperkaya khasanah budaya batik di Indonesia dan diharapkan turis-turis mancanegara akan tertarik juga untuk mengenakan batik Tebingtinggi.
Langkah ini juga merupakan salah satu upaya untuk mengamankan program pemerintah One Village One Product (OVOP). ‘’Inilah nanti salah satu produk unggulan Tebingtinggi,’’ jelas Khadidjah.
Motif batik tangan karya Tebingtinggi tersebut diharapkan tidak meniru corak daerah lain sehingga perlu untuk segera dipatenkan.(sabar)