Balai-balai Riset Harus Jemput Bola

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

DISKUSI - Fauzi Azis diskusi bersama Kepala Baristand Banjarmasin, Fatmir Edwar (tengah) dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Banjar, Ramlan.(kanan)

BANJARMASIN, (TubasMedia.Com) – Balai-balai riset yang ada di dilingkungan Kementerian Perindustrian harus bisa menjawab kebutuhan pelanggan. Pengelola balai harus jemput bola dengan cara mendatangi pusat-pusat industri karena ukuran keberhasilan sebuah balai adalah jika jasa balai itu sudah banyak digunakan kliennya.

‘’Itulah tugas pokok seluruh balai. Saya ibaratkan jemput bola bukan menunggu bola,’’ demikian diungkapkan Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang Pemasaran dan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) Fauzi Azis saat berkunjung ke kantor Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Hadir dalam pertemuan itu Kepala Baristand Banjarmasin, Fatmir Edwar dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Banjar, Ramlan. Sebelumnya di tempat terpisah, Fauzi telah mengadakan pertemuan dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan, Hj Faridah Wariansi.

Fauzi menjelaskan, seluruh balai di lingkungan Kemenperin harus bermitra dengan perusahaan-perusahaan industri di wilayahnya bahkan hari demi hari, ‘’teman main’’ balai tersebut adalah para industriawan. ‘’Yang paling baik lagi, jika para pengelola balai mengadakan diskusi rutin setiap hari dengan para pemilik industri bukan dengan pejabat pemerintah. Mainstreamnya di bisnis ekonomi dan industri,’’ lanjutnya.

Pasalnya, kata Fauzi tugas utama pengelola balai adalah memperkenalkan produknya kepada seluruh pelaku industri yang menjadi kliennya. Misalnya produk Baristand yakni hasil penelitian, harus bisa diterima pelaku industri.

‘’Saya mau tanya dulu, berapa orang pelaku industri yang datang bertamu ke kantor Barisntad setiap hari?,’’ tanya Fauzi kepada Edwar yang dijawab ‘’hampir tidak ada”

Mendengar jawaban itu Fauzi terperanjat dan mengatakan ‘’ini tidak benar’’. ‘’Tamu balai riset itu harusnya pelaku industri dan mereka-mereka itulah mitra Baristand setiap hari,’’ jelas Fauzi menambahkan bahwa balai harus berdiri di antara pelalu industri bukan di kelompok birokrasi.

Agar peranan balai-balai di daerah bisa fokus kepada tugas utamanya, Fauzi menyarankan agar para pengelola balai secara berkala mengadakan temu klien lalu melakukan presentasi sekitar peranannya dalam menumbuhkembangkan sektor industri.

‘’Peranan balai tidak sekedar pendamping lagi tapi ikut menentukan masa depan industri dengan cara melaksanakan riset dan standardisasi serta sertifikasi di bidang Industri,’’ lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan, Hj Faridah Wariansi mengeluhkan kalau pertumbuhan industri di Kalsel sulit diharapkan. Pasalnya, di Kalsel cukup banyak problem misalnya infrastruktur sangat memprihatinkan, tata ruang belum ada, energi minim, Amadal belum punya dan banyak lagi kekurangan yang tidak mendukung pertumbuhan industri.

Menurutnya, yang banyak merusak infrastruktur di Kalsel adalah industri-industri besar pengelola batubara sementara PBH secara nasional hanya 13 persen di daerah dan 87 persen dikirim ke pusat. ‘’Pusat tidak mau tau tentang kerusakan infrastruktur,’’ katanya.

Demikian juga perkembangan industri kecil, khususnya pengolahan turunan minyak sawit (CPO) sebab para pengelola CPO lebih senang menjual minyak sawit mentah ketimbang melakukan pengolahan turunan. ‘’Peran sektor industri di Kalsel sangat kecil karena tidak bisa berkembang karena infrastrukturnya sangat menyedihkan,’’ katanya.

Merespons keluhan itu, Fauzi mengatakan sebaiknya dalam bagi hasil sumber daya alam, pemerintah sebaiknya merevisi UU No 33/204 agar proses akselerasi pembanguna di daerah-daerah dapat cepat berkembang.

Batu Mulia

Dalam kesempatan itu, Fauzi Azis mengadakan kunjungan ke pasar Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura sebagai pusat penjualan batu-batu mulia. Dalam kunjungan itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Banjar, Ramlan mengatakan batu mulia termasuk salah satu produk unggulan Kalsel.

Karena itu Ramlan mengatakan perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah khususnya Kementerian Perindustrian untuk menjadikan Pasar CBS menjadi pasar yang bisa dibanggakan para pelaku industri batu mulia.

Sementara itu, Kepala Unit Pelayanan Teknis Lembaga Pengembangan dan Sertifikasi Batumulia (UPT LPSB), Martapura, Eni Hairani Djazouly mengatakan peranan lembaga yang dipimpinnya kini sudah sangat dibutuhkan masyarakat pelaku industri batu mulia.

Penyebabnya, para konsumen, baik lokal maupun dari mancanegara, selalu minta sertifikat batu mulia yang dibeli. Sertifikat itu sangat perlu untuk lebih menjamin kualitas dan keaslian batu mulia atau permata yang dibeli. ‘’Untuk itu peranan LPSB sangat dibutuhkan,’’ katanya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS