Site icon TubasMedia.com

At All Cost

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Fauzi Azis

ARTI yang sebenarnya barangkali berapa pun biayanya yang penting ada, atau dalam bahasa yang lebih berkonotasi negatif adalah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Dalam lingkungan birokrasi sering kita dengar dengan istilah Asal Bapak Senang (ABS). Meskipun ketiga istilah tersebut dalam konteks kebahasaan memiliki makna yang berbeda, tetapi ketiganya adalah cermin dari perilaku yang sangat kontra produktif dalam pelaksanaan manajemen di semua jenjang kehidupan baik manajemen di tingkat keluarga, perusahaan maupun manajemen pembangunan di tingkat negara dan pemerintahan.

At all cost bisa berkonotasi boros/tidak efisien dan efektif, bisa juga berkonotasi manipulatif yang bisa menjurus ke tindakan yang bersifat koruptif. Sementara itu, tindakan menghalalkan segala cara adalah bentuk aktifitas yang tidak mengindahkan sama sekali tentang rambu-rambu (hukum dan perundang-undangan) yang penting tujuan tercapai. Tindakan ini pada akhirnya juga bersifat koruptif.

Sedang ABS adalah informasi yang disampaikan kepada atasan, dan pemberi informasi secara sadar memanipulasikan data dan informasi yang semuanya dianggap benar, sehingga pimpinan merasa mantap untuk mengambil keputusan, padahal sesungguhnya data dan info yang disampaikan telah dimanipulasi oleh si pemberi informasi, dan harapannya adalah agar pimpinan memperhatikan yang bersangkutan. Tindakan ABS kalau mau ditelusuri lebih seksama juga bermuara pada tindakan yang bersifat koruptif.

Penghalalan segala cara dan ABS hakekatnya sebuah perilaku menyimpang, menyimpang dari norma, standar yang berlaku berdasarkan good governance dan bisa juga menyimpang karena faktor psikologis. Persoalan ini kalau dibilang tidak bisa diatasi rasanya sangat berlebihan karena secara sistem untuk mencegah dan menindak atas pelanggaran yang terjadi mekanismenya telah dibangun. Kalau demikian halnya faktor psikologis dan juga politis bisa menjadi penyebab perilaku menyimpang tadi terjadi.

Yang kita khawatirkan perilaku menyimpang seperti itu menjadi suatu tindakan yang dianggap lumrah dan paling berbahaya jika tindakan tersebut menjadi semacam gaya hidup atau lifestyle di abad modern yang semuanya bisa dilakukan karena perkembangan di bidang teknologi informasi yang begitu masif. TI digunakan untuk tujuan negatif (rekayasa, menipu dan lain-lain).

Sepertinya teknologi informasi menjadi alat bantu yang efektif untuk dapat melakukan sebuah kejahatan. Secanggih apapun teknologi digunakan, orang bijak mengatakan bahwa semua tergantung dari orang yang mengoperasikan teknologi tersebut. Berbicara tentang orang berarti kita tak akan pernah lepas memandang orang/manusia hanya wujud fisiknya saja, tetapi pasti akan melihatnya dari aspek kehidupan yang bersangkutan dari sudut pandang sosiologi dan kejiwaannya. Karena itu, segala yang terjadi di dunia ini yang sifatnya destruktif negatif disebabkan karena faktor ulah manusia sendiri.

Tindakan manusia yang bersifat destruktif hakekatnya adalah melawan kodrat penciptaan manusia oleh Tuhan. Manusia dilahirkan ke dunia tidak dimaksudkan untuk merusak tapi untuk memelihara dan melestarikan alam dan seisinya, saling mengasihani dan menyayangi sebagaimana Tuhan menyayangi kita. Inilah esensi sebuah pelajaran tentang ritme kehidupan manusia yang baik dan benar. Sejalan dengan itu, kita tidak boleh pesimis, bersikap masa bodoh, atau sama sekali pasrah.

Banyak jalan menuju ke Roma, sepanjang manusia menyadari eksistensinya hidup di dunia, rekonstruksi perilaku menyimpang masih dapat dilakukakan dan Tuhan menjamin sepanjang yang bersangkutan melakukan pertobatan. meminta ampunan dan mohon petunjuk dan pertolongan-Nya bahwa apa yang dikerjakan adalah sesuatu yang salah yang bertentangan dengan norma kehidupan berdasarkan kebiasaan dan agama.

Dengan demikian peran pendidikan dalam arti luas menjadi penting yang akan menghasilkan manusia seutuhnya. Pastikan bahwa masa depan akan menjadi hari hari terbaik bagi kehidupan kita bersama. Matikan sikap hidup yang serba berbau at all cost, kalau kita sepakat ingin menjadikan masa depan kita dan masa depan anak cucu kita menjadi hari-hari terbaik bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. ***

Exit mobile version