DENGAN PENGUSAHA AMERIKA- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto didampingi Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto bersama jajaran American Chamber of Commerce di Indonesia (AmCham Indonesia) dan beberapa pelaku usaha Amerika Serikat yang mewakili dari S&P Global Ratings, Visa, Uber, RGA Reinsurance Company, Google, IBM, Mastercard, MetLife, Chubb Insurance, Chubb Life dan Transunion pada Breakfast Meeting dengan Financial Services and Fintech Delegation Mission US-Indonesia Investment Initiative 2017 AmCham Indonesia di Jakarta, 15 September 2017.-tubasmedia.com/ist
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pemanfaatan teknologi digital dapat mendorong industri nasional lebih berdaya saing di kancah global dengan menghasilkan produk yang berkualitas, aman dan sesuai standar. Apalagi, dalam era Industry 4.0 yang fokus menerapkan penggunaan internet sebagai penopang utama pada proses produksi.
“Pemerintah memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 dengan menargetkan 1.000 technopreneur, valuasi bisnis mencapai USD100 miliar dan total nilai e-commerce sebesar USD130 miliar,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Breakfast Meeting dengan Financial Services and Fintech Delegation Mission US-Indonesia Investment Initiative 2017 AmCham Indonesia di Jakarta, Jumat (15/9).
Airlangga menyebutkan, pertumbuhan e-commerce juga bergantung pada penetrasi e-payment dan infrastruktur. “Platform pembayaran yang terkait dengan retailer seperti Alipay, Gopay, dan Paypal mendorong adopsi penggunaan pembayaran digital,” ujarnya.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian tidak hanya mengajak kepada pelaku usaha skala besar, tetapi juga industri kecil dan menengah (IKM) agar menangkap peluang dalam pengembangan digital seperti kemajuan tenologi artificial intelligent, robotic, dan 3D printing. Sejumlah manufaktur besar telah siap memasuki era Industry 4.0, di antaranya industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman.
“Kemenperin pun mendorong lingkungan digital ini untuk meningkatkan pertumbuhan IKM di dalam negeri. Kami memformulasikan digital environment dengan melibatkan market place, perusahaan logistik, dan Fintech,” paparnya.
Saat ini, lanjut Airlangga, Kemenperin telah membangun Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) yang diintegrasikan dengan sistem digital yaitu e-Smart IKM. Program ini diyakini mampu memperluas pasar produk lokal di dunia online.
“Kami mengidentifikasi beberapa IKM yang sudah memanfaatkan market place, seperti sektor makanan dan minuman, perhiasan, kosmetik, fesyen serta kerajinan,” tuturnya.(ril/sabar)